[2021] Contoh Pantun Kiasan Dan Maknanya
Definisi Pantun Kiasan . Pantun kiasan adalah pantun yang isinya berupa ibarat. Yaitu mengkiaskan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Kadangkalah pantun ini berisi dengan pribahasa.
Contohnya:
Cirinya ialah adanya perbandingan. Contoh pantun di atas membandingkan antara orang yang belajar dengan bunga.
Belajar yang tidak sungguh-sungguh ibarat bunga tetapi tidak mempunyai kembang.
Baca juga:
Pantun Cinta dengan beragam tema.
Untuk lebih memahami pantun kiasan, ada baiknya untuk meneliti dengan seksama beberapa bait contoh pantun di bawah ini.
Berikut ini adalah contoh pantun kiasan dengan artinya.
[1]
Menyangka bahwa gadis pujaannya masih sendiri, tetapi kenyataannya gadis tersebut sudah diambil orang.
[2]
Ambilah pelajaran dari padi. Yakni semakin kaya, semakin pandai, semakin hebat, maka ia akan semakin rendah hati di hadapan manusia lainnya.
[3]
Pantun kiasan di atas menjelaskan tentang waktu tua. Yaitu tentang habisnya masa remaja sekaligus datangnya waktu tua.
[4]
Memiliki keinginan yang sangat besar namun sangat mustahil tercapai.
[5]
Usaha yang dilakukan sangat lama sia-sia oleh kesalahan kecil.
[6]
Pantun kiasan di atas mengandung makna tentang semangat dan tekad yang sangat kuat.
[7]
Seseorang yang jatuh cinta. Hanya saja tidak mungkin cintanya bersatu.
[8]
Pantun di atas berisikan pepatah yang artinya jika kita tekun mengerjakan apapun, pasti akan membawa hasil.
Itulah beberapa contoh pantun kiasan dan artinya. Semoga bisa membantu kamu. Ada pertanyaan? Silakan hubungi rani.maharani@gmail.com
Pantun kiasan banyak terdapat pada pantun Melayu. Suku Melayu sangat pandai merangkai kata.
Kehalusan bahasa Bahasa Melayu tersirat melalui kata-kata kiasan.
Hingga saat ini, suku Melayu masih sering menggunakan kata kiasan dalam pantun-pantunnya.
Selain suku Melayu, suku Minang juga sering menggunakan kiasan dalam berbagai karya sastranya. Tak terkecuali dalam pantun.
Kiasan ini bisa sindiran.
Sedangkan pantun dari suku-suku lainnya, seperti Jawa, Sunda, Banjar, dan lainnya sangat sedikit mengandung kiasan.
Itulah sebabnya, dalam budaya Melayu sangat dikenal pribahasa. Pribahasa merupakan bentuk lain dari kiasan.
Kata kiasan dan pribahasa sangat mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berikut ini beberapa pantun kiasan lainnya.
[9]
Jika ada anak perempuan yang beranjak gadis, maka banyak laki-laki yang menyukainya.
[10]
Setiap kali berbuat kebaikan, biasanya ada saja halang rintangan.
[11]
Mengharapkan keuntungan yang besar. Tetapi hanya mendapatkan keuntungan yang sangat kecil.
[12]
Orang yang ilmunya sedikit biasanya banyak bicara. Sedangkan orang yang banyak ilmunya lebih tenang.
[13]
Sebodoh apapun seseorang, bila ia tekun belajar pasti akan menjadi pandai.
[14]
Kita sebaiknya menghormati adat istiadat daerah yang kita tinggali.
Nyamuk masuk dalam kelambu.
Langit terkembang menjadi guru,
banyak merenung banyak ilmu.
Bambu kecil jadi rakit,
Tergores badan trasa sakit.
Sedikit demi sedikit
Lama-lama menjadi bukit.
Dari Cikampek ke Maranggi,
Sore hati jangkrik berbunyi.
Tak ada gunung yang terlalu tinggi,
Tak ada lereng yang tak dapat dituruni.
Surya senja mulai redup,
Telah habis cahaya terang.
Mengikut angin bertiup,
Tak teguh seperti karang.
Ramai orang sedang kenduri,
Dari laut mengail pari.
Bertanam padi tumbuh duri,
Bertanam budi dibalas iri.
Burung dara burung gelatik,
Amat indah warna sayapnya.
Karena nila setitik,
Rusak susu sebelanga.
Ada biawak di dalam kolam,
Kodok kecil nyaring nyanyinya.
Air beriak tanda tak dalam,
Tong kosong nyaring bunyinya.
Kalau belajar pasti mengerti,
Belajar agama menjadi paderi.
Luka di tangan dapat diobati,
Luka hati ke mana obat dicari.
Sayur ikan di atas talam,
Gadis manis tersenyum simpul.
Laksana telaga dasarnya dalam,
Dimana air banyak berkumpul
Buah segar sehat raga,
Kacang tempe dibuat tahu.
Dalam lautan bisa diduga,
Dalam hati siapa yang tahu.
Hujan turun rintik-rintik,
Lari ke hutan anak si kancil.
Siapa menanam akan memetik,
Siapa bekerja akan berhasil.
Nasi putih dalam piring,
Lauk pauk masih mentah.
Sawah luas airnya kering,
Parang tajam gagangnya patah.
Mata mengantuk terlihat sayu,
Kaki sakit karena tertusuk.
Kurang air kembang kan layu,
Banyak air akan membusuk.
Pisang emas sudah menua,
Pisang ambon hendak dicampur.
Bukan emas bukan permata,
Benih butuh air dan lumpur.
Lancang Kuning sebuah tanda,
Adat Melayu di Sumatera.
Sawah menguning bagai permata,
Membuat senang orang bekerja.
Mentari senja mulai terbenam,
Esok pagi akan kembali.
Satu benih yang ditanam,
Kan memberi beribu kali.
Kadangkalah pantun ini berisi dengan pribahasa.
Contohnya:
Berburu ke padang datar,
mendapat rusa belang di kaki.
Berguru kepalang ajar,
bagai bunga kembang tak jadi.
Cirinya ialah adanya perbandingan. Contoh pantun di atas membandingkan antara orang yang belajar dengan bunga.
Belajar yang tidak sungguh-sungguh ibarat bunga tetapi tidak mempunyai kembang.
Baca juga:
Pantun Cinta dengan beragam tema.
Pantun Kiasan Beserta Artinya
Banyak kiasan yang diambil dari fenomena alam. |
Berikut ini adalah contoh pantun kiasan dengan artinya.
[1]
Kusangka masih malam hari,Maknanya:
rupanya telah datang siang.
Kusangka bunga mekar berseri,
rupanya layu dihisap kumbang.
Menyangka bahwa gadis pujaannya masih sendiri, tetapi kenyataannya gadis tersebut sudah diambil orang.
[2]
Naik perahu dekat kemudi,Maknanya:
betapa harum bunga selasih.
Elok nian resminya padi,
makin tunduk jika berisi.
Ambilah pelajaran dari padi. Yakni semakin kaya, semakin pandai, semakin hebat, maka ia akan semakin rendah hati di hadapan manusia lainnya.
[3]
Tanam ubi tanam kentang,Maknanya:
petik jagung tiada tersisa.
Petang kini telah datang,
tinggi pula batang usia.
Pantun kiasan di atas menjelaskan tentang waktu tua. Yaitu tentang habisnya masa remaja sekaligus datangnya waktu tua.
[4]
Diam lisan banyak merenung,Maknanya:
lompat tinggi anak tupai.
Hendak hati memeluk gunung,
apa daya tangan tak sampai.
Memiliki keinginan yang sangat besar namun sangat mustahil tercapai.
[5]
Pohon tua disebut buhun,Maknanya:
banyak dahannya yang berduri.
Kering dijemur dalam setahun,
basah oleh hujan sehari.
Usaha yang dilakukan sangat lama sia-sia oleh kesalahan kecil.
[6]
Rusa padang belang di kaki,Maknanya:
mangga kueni amat wangi.
Tinggi gunung tetap didaki,
lautan api kan disebrangi.
Pantun kiasan di atas mengandung makna tentang semangat dan tekad yang sangat kuat.
[7]
Randu tinggal randu,Maknanya:
panjang duri hingga sekilan.
Rindu tinggalah rindu,
bagai pungguk rindukan bulan.
Seseorang yang jatuh cinta. Hanya saja tidak mungkin cintanya bersatu.
[8]
Pandai ikan dalam berenang,Artinya:
beda kolam ikannnya lain.
Sehari sehelai benang,
setahun menjadi kain.
Pantun di atas berisikan pepatah yang artinya jika kita tekun mengerjakan apapun, pasti akan membawa hasil.
Itulah beberapa contoh pantun kiasan dan artinya. Semoga bisa membantu kamu. Ada pertanyaan? Silakan hubungi rani.maharani@gmail.com
Tentang Pantun Kiasan
Suku Melayu dikenal sangat dekat dengan alam. Alam merupakan guru bagi suku Melayu. Mereka banyak memetik hikmah dari ayat-ayat kauniyah. |
Kehalusan bahasa Bahasa Melayu tersirat melalui kata-kata kiasan.
Hingga saat ini, suku Melayu masih sering menggunakan kata kiasan dalam pantun-pantunnya.
Selain suku Melayu, suku Minang juga sering menggunakan kiasan dalam berbagai karya sastranya. Tak terkecuali dalam pantun.
Kiasan ini bisa sindiran.
Sedangkan pantun dari suku-suku lainnya, seperti Jawa, Sunda, Banjar, dan lainnya sangat sedikit mengandung kiasan.
Itulah sebabnya, dalam budaya Melayu sangat dikenal pribahasa. Pribahasa merupakan bentuk lain dari kiasan.
Kata kiasan dan pribahasa sangat mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berikut ini beberapa pantun kiasan lainnya.
[9]
Jalan-jalan ke Palembang,Artinya:
sungai Musi luas membentang.
Di mana bunga mulai berkembang,
di sana kumbang akan datang.
Jika ada anak perempuan yang beranjak gadis, maka banyak laki-laki yang menyukainya.
[10]
Kayu jati dibuat papan,Artinya:
burung puyuh jauh menghilang.
Padi kutanam dengan harapan,
tumbuh pula rumput ilalang.
Setiap kali berbuat kebaikan, biasanya ada saja halang rintangan.
[11]
Pergi ke pasar membeli beras,Artinya:
membeli cincin berhias permata.
Mengharap hujan turun deras,
hanya gerimis sekejap mata.
Mengharapkan keuntungan yang besar. Tetapi hanya mendapatkan keuntungan yang sangat kecil.
[12]
Melihat ikan di tepi kolam,Artinya:
pohon pinang jadi tambatan.
Air beriak tanda tak dalam,
air tenang menghanyutkan.
Orang yang ilmunya sedikit biasanya banyak bicara. Sedangkan orang yang banyak ilmunya lebih tenang.
[13]
Keras keras cangkang kerang,Artinya:
walau keras tetap dibawa.
Walaupun punggung parang,
bila diasah tajam jua.
Sebodoh apapun seseorang, bila ia tekun belajar pasti akan menjadi pandai.
[14]
Manis rasanya buah sirsak,Artinya:
ombak datang bergulung-gulung.
Dimana bumi dipijak,
di sana langit dijunjung.
Kita sebaiknya menghormati adat istiadat daerah yang kita tinggali.
Macam-macam kiasan lainnya
Angin bertiup hingga menderu,Nyamuk masuk dalam kelambu.
Langit terkembang menjadi guru,
banyak merenung banyak ilmu.
Ikan kecil sudah berenang,
Anak kecil memakan tajin.
Sehari sehelai benang,
Setahun menjadi kain.
Bambu kecil jadi rakit,
Tergores badan trasa sakit.
Sedikit demi sedikit
Lama-lama menjadi bukit.
Dari Cikampek ke Maranggi,
Sore hati jangkrik berbunyi.
Tak ada gunung yang terlalu tinggi,
Tak ada lereng yang tak dapat dituruni.
Surya senja mulai redup,
Telah habis cahaya terang.
Mengikut angin bertiup,
Tak teguh seperti karang.
Ramai orang sedang kenduri,
Dari laut mengail pari.
Bertanam padi tumbuh duri,
Bertanam budi dibalas iri.
Burung dara burung gelatik,
Amat indah warna sayapnya.
Karena nila setitik,
Rusak susu sebelanga.
Ular kobra mulut berbisa,
Mati satu dalam peti.
Mengikut rasa akan binasa,
Mengikut hati pasti mati.
Ada biawak di dalam kolam,
Kodok kecil nyaring nyanyinya.
Air beriak tanda tak dalam,
Tong kosong nyaring bunyinya.
Kalau belajar pasti mengerti,
Belajar agama menjadi paderi.
Luka di tangan dapat diobati,
Luka hati ke mana obat dicari.
Sayur ikan di atas talam,
Gadis manis tersenyum simpul.
Laksana telaga dasarnya dalam,
Dimana air banyak berkumpul
Buah segar sehat raga,
Kacang tempe dibuat tahu.
Dalam lautan bisa diduga,
Dalam hati siapa yang tahu.
Kiasan yang datang dari para petani
Hujan turun rintik-rintik,
Lari ke hutan anak si kancil.
Siapa menanam akan memetik,
Siapa bekerja akan berhasil.
Nasi putih dalam piring,
Lauk pauk masih mentah.
Sawah luas airnya kering,
Parang tajam gagangnya patah.
Mata mengantuk terlihat sayu,
Kaki sakit karena tertusuk.
Kurang air kembang kan layu,
Banyak air akan membusuk.
Pisang emas sudah menua,
Pisang ambon hendak dicampur.
Bukan emas bukan permata,
Benih butuh air dan lumpur.
Lancang Kuning sebuah tanda,
Adat Melayu di Sumatera.
Sawah menguning bagai permata,
Membuat senang orang bekerja.
Mentari senja mulai terbenam,
Esok pagi akan kembali.
Satu benih yang ditanam,
Kan memberi beribu kali.
Pantun kiasan para pedagang.
Ketika seseorang membuat pantun kiasan, berarti mereka menyampaikan pesan secara tidak langsung.
Pantun seperti ini memberikan makna bahwa:
Masyarakat memiliki tata krama sopan santun dalam menyampaikan pendapatnya.
Agar masyarakat mengambil faedah dari pepatah yang disampaikan.
Agar orang lain tidak tersinggung terhadap pesan yang disampaikan.
Selain pantun kiasan, biasanya masyarakat juga menggunakan pantun sindiran.
Pantun sindirian yang dimaksud di masa lalu berbeda dengan sindiran di masa sekarang.
Pada masa sekarang, kata sindiran bermakna menyampaikan pesan secara tidak langsung namun merendahkan orang yang dituju.
Sedangkan sindiran di masa lalu bermakna menyampaikan pesan secara langsung, secara baik, dan tidak selalu bermaksud untuk menyinggung orang yang dituju.
Jangan lupa dengan pantun teka-teki yang lengkap dan terbaik.
Baca juga: 47+ Puisi Cinta, Puisi Ibu, Puisi Guru, dan Puisi Sahabat