Puisi Kenangan Bersama Ibu Membuat Air Mata Menetes
Puisi ibu merupakan puisi yang sangat mengharukan. Karena kita akan terkenang jasa-jasa beliau.
Kita juga akan terkenang pada kebaikan dan cintanya yang tulus.
Ketika sepi menjelang,
Saat jubah malam turun,
Dan bintang-bintang bermunculan,
Maka di saat itulah terkadang hati ini begitu sepi.
Sepinya begitu menyesakkan,
Dan sunyinya membawa seruling nestapa.
Kucari jawaban
Dari semua rasa kesepian.
Dan...
Ibu, engkaulah jawabannya.
Kenangan bersamamu tak pernah bisa kulupakan.
Kebahagiaan bersamamu
Tak bisa digantikan.
Engkau yang pergi,
Tak mungkin bisa diganti.
Engkau yang begitu sayang,
Membekas jauh di lubuk hati yang paling dalam.
Maka setiap kali sepi,
Setiap itu pula rindu menyayat hati.
Usapan hangat
Di punggungku, setiap kali menjelang tidur.
Masih kurasakan
Serasa kasih sayangmu
Mengalir ke seluruh persada jiwaku.
Kini aku rindukan
Semua tentangmu Ibu.
Suaramu, nasehatmu,
Tatapan kasihmu, marah, dan dongengmu.
Ketika kukenang,
Menetes air mataku.
Aku tahu,
Betapa aku rindu.
Potretmu kutatap lamat-lamat,
Segaris kenangan datang menggurat.
Bibirku tersenyum,
Saat kepadamu aku teringat.
Ibu,
Engkau dikenal orang yang baik.
Yang sabar, santun, dan berhati tabah.
Meski beribu cobaan datang,
Engkau hadapi semua ujian.
Meski datang hinaan,
Tidak kau balas dengan kezaliman.
Engkau terlalu baik.
Sedangkan aku,
Betapa jauhnya aku dari sifat-sifat muliamu.
Maka aku bertanya,
Seandainya kelak dipertemukan lagi,
Akankah aku bisa menemuimu?
Mungkin engkau berjalan
Menuju surga nan indah,
Sedangkan diriku
Berjalan ke tempat yang lain:
Karena dosa-dosaku.
Di rumah ini,
Rumah tua tempat kita dulu,
Ada kisah mengharu biru.
Di halaman ini,
Halaman rumah nan lapang,
Ada cerita yang tak terlupa.
Di sinilah,
Aku mengerti tentang
Cinta dan kasih.
Aku memahami
Bagaimana hangatnya hati,
Kala seorang Ibu memberi.
Ia memberi tanpa mengharap,
Harapannya hanya agar aku bahagia.
Itulah ibu.
Hanya itulah puisi yang dapat ditulis: puisi untuk ibu tercinta yang tak bisa dilupakan. pg.00.1.4.NA
Kita juga akan terkenang pada kebaikan dan cintanya yang tulus.
Puisi kenangan Ibu |
1. Semakin Sepi, Semakin Rindu
Ketika sepi menjelang,
Saat jubah malam turun,
Dan bintang-bintang bermunculan,
Maka di saat itulah terkadang hati ini begitu sepi.
Sepinya begitu menyesakkan,
Dan sunyinya membawa seruling nestapa.
Kucari jawaban
Dari semua rasa kesepian.
Dan...
Ibu, engkaulah jawabannya.
Kenangan bersamamu tak pernah bisa kulupakan.
Kebahagiaan bersamamu
Tak bisa digantikan.
Engkau yang pergi,
Tak mungkin bisa diganti.
Engkau yang begitu sayang,
Membekas jauh di lubuk hati yang paling dalam.
Maka setiap kali sepi,
Setiap itu pula rindu menyayat hati.
2. Ketika Kukenang, Menetes Air Mataku
Usapan hangat
Di punggungku, setiap kali menjelang tidur.
Masih kurasakan
Serasa kasih sayangmu
Mengalir ke seluruh persada jiwaku.
Kini aku rindukan
Semua tentangmu Ibu.
Suaramu, nasehatmu,
Tatapan kasihmu, marah, dan dongengmu.
Ketika kukenang,
Menetes air mataku.
Aku tahu,
Betapa aku rindu.
3. Akankah Kita Bertemu?
Potretmu kutatap lamat-lamat,
Segaris kenangan datang menggurat.
Bibirku tersenyum,
Saat kepadamu aku teringat.
Ibu,
Engkau dikenal orang yang baik.
Yang sabar, santun, dan berhati tabah.
Meski beribu cobaan datang,
Engkau hadapi semua ujian.
Meski datang hinaan,
Tidak kau balas dengan kezaliman.
Engkau terlalu baik.
Sedangkan aku,
Betapa jauhnya aku dari sifat-sifat muliamu.
Maka aku bertanya,
Seandainya kelak dipertemukan lagi,
Akankah aku bisa menemuimu?
Mungkin engkau berjalan
Menuju surga nan indah,
Sedangkan diriku
Berjalan ke tempat yang lain:
Karena dosa-dosaku.
4. Kupuisikan Namamu Dalam Hatiku
Di rumah ini,
Rumah tua tempat kita dulu,
Ada kisah mengharu biru.
Di halaman ini,
Halaman rumah nan lapang,
Ada cerita yang tak terlupa.
Di sinilah,
Aku mengerti tentang
Cinta dan kasih.
Aku memahami
Bagaimana hangatnya hati,
Kala seorang Ibu memberi.
Ia memberi tanpa mengharap,
Harapannya hanya agar aku bahagia.
Itulah ibu.
Hanya itulah puisi yang dapat ditulis: puisi untuk ibu tercinta yang tak bisa dilupakan. pg.00.1.4.NA