25 Puisi Bucin Sedih Kebangetan

Kubutuhkan ketabahan hati ketika mencintaimu. Tapi, semua rindu, cinta, kasih sayang, dan pengorbanan ini tak mungkin sia-sia.

Meskipun kau datang dan pergi seperti pelangi. Hadirnya jika ada gerimis saja. Indahnya hanya sesaat. Lalu pergi entah ke mana, tanpa jejak dan tanpa pesan.

Maka kutuliskan puisi bucin ini. Meski kau menganggap diriku amat lemah, namun aku memiliki perasaan yang kuat.

Kunyalakan Harapan

Meski telah pergi ke pantai:menikmati ombaknya, mendengarkan gemericak suara airnya, tetap saja pikiranku hanya tentangmu.

Semakin berusaha melupakan, semakin kuat ingatan.

Aku tak pernah tahu, hal apa yang kau punya sehingga bisa memikatku sedemikian rupa? Ataukah memang perasaanku yang lemah. Yang mudah terombang-ambing bagaikan air lautan ini?

Maka, hari ini kuputuskan untuk tetap menyalakan api harapan. Bahwa suatu hari kelak, ada seorang wanita yang rela berkorban sepenuhnya. Dan entah bagaimana sang lelaki akhirnya menyerahkan cinta untuk dirinya.

Lalu mereka di akhir cerita mereka berdua sama-sama bahagia.

Ya, itu harapanku.

Kutanamkan dalam-dalam di benak maupun di pikiran. Agar suatu hari kelak harapan itu bertemu dengan kenyataan.

Jatuh cinta padamu itu mudah. Bahkan sangat mudah. Yang sulit adalah bagaimana mencintai seseorang yang tak memperdulikan orang yang peduli padanya.

Maka mencintaimu butuh keyakinan yang kuat. Harapan yang menyala. Bahkan aku mesti menepiskan segala bisikan dari lidah-lidah keputusasaan.

Antara puisi dan suara liris. Kutuliskan apapun tentang rasa ini. Walau orang menyebutnya sebagai puisi bucin. Ah, apa peduliku.

1. Puisi Bucin Sedih


Apa peduliku dengan kesedihan. Semua orang pernah merasakannya. Bahkan orang yang kau anggap paling bahagia.

Biarlah sedihku merayapi jiwa. Karena suatu hari nanti, diapun akan lelah. Sama seperti diriku yang mulai lelah mengharapkanmu.

1.1 Rela Kehilangan


Ada apa dengan diriku?
Rela kehilangan kebahagiaan
Demi kebahagiaanmu.

Rela bersusah payah
Demi kesenanganmu.

Rela menyabarkan diri
demi cinta yang belum pasti.

Tapi sadar atau tidak
Kamu sering membuatku sedih.

1.2 Jangan Kecewakan


Jangan berikan dia kecewa
Jangan berikan dia tangisan
Jangan berikan dia kesedihan.

Entah dengan siapapun dia
Ingin kulihat bahagia.

Biarlah aku di sini
Duduk dalam doa.

Moga dia
Menemukan apa yang dicari
Mendapatkan apa yang diminta
Jauh dari duka lara.


1.3 Hapus Air Matamu


Sudah.
Hapus air matamu
Hidup di dunia memang begini
Kadang susah kadang senang.

Kan
Aku di sini.
Dengan telinga yang siap mendengar
Segala keluh kesah dan ceritamu.

Dengan tangan
Yang siap membantu
Agar kau kembali bangkit
Menatap masa depanmu.



Angin ini kenapa menderu begitu kencang. Membawa serpihan air hujan. Meletakan dingin ke sumsum tulangku.

Suasana ini membuatku amat sepi. Bukan sepi, tapi kesepian. Aku merasa telah ditinggalkan di sebuah tempat yang begitu asing.

Tak seorangpun di sana. Sedangkan kau beranjak pergi tanpa memperdulikan tangisanku. Aku menjerit memanggilmu. Suaraku seolah hilang. Tenagaku sangat lemah.

Sedikitpun kau tak menoleh. Apalagi berbalik menghampiriku; menyeka air mata, menenangkan gemuruh di dada, dan menyembuhkan luka.

Hanya kesedihan yang mendatangiku. Bagaikan burung bangkai yang siap memangsa. Ia mengitariku dengan cakar-cakarnya yang begitu tajam.

1.4 Di Ujung Rasa Sayang


Di ujung sayang
Ada cinta menggelora
Ada rindu menggebu-gebu
Ada kecewa tak terkira
Ada harapan yang tenggelam
Ada doa yang selalu terucapkan
Ada cerita yang berlika-liku
Ada air mata sedih dan bahagia

Di ujung sayang
Semuanya bermuara
Lalu untuknya, rasa ini selalu tertumpah.

2. Puisi Bucin Pendek


Puisi tak harus panjang. Cukuplah satu atau dua baris. Itupun sudah cukup jadi puisi.

2.1 Cerita dalam Cinta


Yang pernah bertahan
Dan akhirnya menyerah.

Yang pernah berharap
Padahal ujungnya kecewa.

Yang pernah berkorban
Balasannya nestapa.

Mungkin bukan kamu,
Itu aku.





2.2 Pengorbanan


Orang melihatku di luar logika
Aku katakan, aku percaya cinta.

Orang menganggapku gila,
Aku katakan, aku percaya pada pengorbanan.

Memang tembok tak pernah runtuh
Oleh lemparan lumpur dari sawah.

Tapi pastilah
Ia berbekas. Berbekas. Tak akan dilupa.


2.3 Masih Jatuh Cinta


Aku masih jatuh cinta
Padanya yang tak peka.

Aku masih berusaha
Melupakannya dengan
Berbagai cara.

Tapi dia amat pandai
Membuatku tetap merindu.

Tapi dia amat pintar
Meletakan cinta dalam hatiku.

Aku masih jatuh cinta.
Mungkin hari ini saja.


2.4 Sedihnya Saat Hujan


Alangkah sedihnya
Saat hujan tapi tak ada siapa-siapa.

Apalagi kalau
Tak membuat puisi.

Lebih sedih lagi
Saat hujan tergenang banjir.

Apalagi kalau
Saat hujan tak mampu berdoa.


3. Puisi Bucin Tentang Hujan


Hujan dijatuhkan di bumi nusantara,
Renyai bagaikan gerimis senja.

Lalu puisi terkena sedih
Sebab tak ada kata romantis
Bahkan puisi sedih.

Susahnya hidup sepi
Sampai hati hanya merasa
Nelangsa!


3.1 Hujan Pembawa Rindu


Apa sebabnya
Ketika hujan turun
ia membawakan sederai
gerimis rindu.

Apa iya
Di dalam hujan
Memang ada tetes-tetes kerinduan?

Seperti yang kurasakan
Terlalu lama harus bersabar
Menahan gemericik rindu
Di dalam qolbu.

Segala yang terjadi
Tak perlu di sesali.

Segalanya adalah bagian
Dari hidupku.
Terang gelapnya
Susah senangnya
Suka maupun dukanya.

3.2. Pada Hujan Yang Tak Sendiri


Nanti
Ketika hujan turun
Tak sendiri lagi, membawa _
Dirimu ke sisiku.

Maka akan kubuatkan
Secangkir kopi panas
Untukmu.

Kita duduk berdua
Sambil kuhidangkan
Kudapan sederhana.

Kutemani dirimu
Membuat puisi-puisi
Cinta_ dengan diamku
Namun selalu di sisimu.

Hatiku akan sangat bahagia
Memandangmu dengan segala pesonanya.

Bibirku tersenyum mesra,
Setiap kali kau lepaskan tatapanmu
Kepada diriku.

Dan apabila lelah telah menghinggapimu
Biarkan diriku mengajakmu istirah.

Berbaring berdua
Dengan pelukan yang mendamaikan.

3.3. Aku Telaga Cintamu


Meski telah hujan berkali-kali
Selalu saja ada yang berbeda.

Terlebih saat kujentikan jemari
Mencoba-coba merangkai kata.

Mengungkapkan apa yang dirasa
Tentang si dia yang mulai lupa.

Bahwa ada seseorang yang setia
Tidak pernah banyak meminta
Kecuali agar dia mengerti
Bahwa hadirnya sungguh berarti.

Dia bisa saja melangkah pergi
Mencari kesempurnaan wanita
Sampai akhirnya dia mengerti
Di sisinyalah tersedia telaga cinta.



Aku tak pernah membayangkan hidup tanpa dirimu. Sebab hari ini bagiku kamu adalah yang terbaik. Entah besok. Mungkin sangat baik. Dan itu yang kuharapkan.

Kamu tidak selalu mementingkan kebahagiaan sendiri. Kebahagiaanku juga kau sangat peduli. Kamu tahu kapan aku bersedih, kapan aku bahagia, meskipun sengaja tak kuungkapkan.

Semua itu memberi banyak arti. Bahwa kamu memang orang yang sangat peduli.

Kamu tahu bagaimana caranya mendamaikan hati yang gundah. Menenangkanku saat gelisah. Bahkan membantuku kembali berdiri saat terjatuh.

Begitu pula dengan caramu menuntutku.

Saat kamu menginginkan diriku yang lebih pengertian, kamu mengajarkan bagaimana menjadi orang pengertian.

Saat kamu menyuruhkan agar lebih dewasa, kamu membimbingku hingga aku menjadi baik semampu yang kubisa.

Setelah itu kamu memujiku. Seolah kebaikan ini bukan kamu yang menghadirkannya.



Mimpi Yang Tak Pernah Usai

Dahulu, kita pernah sama-sama membangun mimpi. Pernah sama-sama saling menguatkan. Kamu ingin meletakan butir-butir kebahagiaan di dalam jiwaku. Begitu pula diriku, ingin sekali memetiki segala keresahan dari dirimu.

Menikmati hujan dan membangun mimpi. Duduk berdua. Diam saja. Namun kurasakan kebahagiaan membanjiri hatiku.

Dalam hati aku bertekad untuk membuktikan bahwa kebersamaan ini tak pernah sia-sia. Bahwa pilihanmu tepat dan tak salah.

Akupun menikmati setiap detak dari hidupku. Menjalani setiap jengkal dari perjuanganku. Semuanya tak kurasakan lelahnya sebab terbayang bagaimana bahagianya diri kala melihatmu dihiasi senyuman.

Kita sering berdoa agar hidup ini berjalan sesuai rencana. Kalaupun tidak, setidaknya Tuhan memberikan kekuatan untuk menghadapinya.

Sementara kamu sering berkata, bahwa kebahagiaan itu bukan hanya tercapainya cita-cita. Setiap detik perjuangan ini justru kebahagiaan yang sesungguhnya.

Saat aku berjibaku dengan pelajaran, dengan tugas-tugas, ataupun buku yang harus kubaca. Saat bekerja sementara pendapatan hanya pas untuk kebutuhan sehari-hari saja.

Di sanalah indahnya.

Sebab ketika berada di puncak, kita akan sama-sama mengenang semua perjuangan.



3.4. Rasanya Baru Kemarin


Rasanya baru kemarin
Hujan turun membasahi kita.

Dan ada janji yang terucap
Di antara deru angin.

Menyisakan kenangan kelabu
Hingga menetes air mataku.

Hujan telah reda
Begitu pula dengan cintamu.

Hanya saja mengapa
Hanya diriku yang berharap?

Apakah kamu terlalu berharga
Ataukah mungkin kisah ini berulang.

Cerita ini sesungguhnya telah berakhir
Hanya saja rasa itu masih tersisa.


4. Puisi Bucin Cinta Dalam Diam


Menulis puisi sedih itu lebih mudah. Seperti juga menulis cerita-cerita penuh romantika. Karena sesungguhnya kita menyukai rasa itu di dalam hati.

Kita mencintai kesedihan sebagaimana kita juga ingin memeluk kebahagiaan. Kita menikmati duka lara sebagaimana purnama indah.

4.1. Hanya Rasa


Jatuh cinta diam-diam
Rasanya seperti melihat bunga
Yang mekar dan berkembang.

Ingin kupetik
Tapi jangan. Nanti layu.

Maka kubiarkan rasa ini
Hanya tersembunyi di dalam hati.

Kadang diriku hanya ingin
Merasakan detak cinta
Ketika ia hidup di antara hatiku.

Kalaupun kelak kau pergi
Toh aku tak kehilangan apapun.

4.2. Pilihan


Maafkan diriku,
Setelah aku merenung dalam
Rupanya apa yang kita jalani
Tak layak untuk dipertahankan.

Hubungan ini
Hanya membuatku habis.

Perasaan tergerus setiap waktu
Sementara kelelahan terus menghinggapiku.

Sedangkan kamu, hanya mengerti tentang perasaan sendiri.

Memang,
Aku pernah memperjuangkan
Dengan begitu keras
Tentang dirimu.

Tetapi bagaimanapun,
Kau memang tak layak
Untuk diperjuangkan.


Andai Saja

Jika nanti kau tak lagi bahagia denganku, sebelum pergi, ajarkan aku untuk tidak sakit hati. Sebab saat orang yang kucintai berlalu pergi, hatiku kesepian.

Jangan sampai aku lupa caranya menyembuhkan luka dalam hati. Apalagi membiarkannya tercabik-cabik kepedihan.

Kau tau, aku tak setegar karang di bibir pantai. Yang menyambut pecahnya ombak tanpa keluhan.

Aku seumpama bunga. Orang memandangnya cantik. Indah di pandangan mata. Akan tetapi rapuh. Mudah sekali jatuh. Sekali jatuh sulit untuk memperbaikinya.

Andai saja tanganku mempunyai seribu cinta, kuberikan satu saja kepadamu. Supaya kamu bahagia.

Selebihnya adalah untuk diriku sendiri agar bisa berjaga-jaga, saat kau campakan cinta itu, aku tak kehilangannya.

Hanya saja, cinta milikku itu hanya satu. Itupun sudah kupersembahkan kepadamu.

4.3. Cinta Dalam Diam


Jatuh cintaku dalam diam
Takut sekali kuungkapkan.

Bukan karena takut mengatakan,
Hanya takut cinta tak disambut.

Biarlah cinta ini dalam diam
Seperti gerimis di waktu pagi
Tiada insan yang peduli.

4.4. Akan Tiba Masanya
Akan tiba masanya
Bulan bersinar terang
Menghiasi gelap malam
Dengan bintang gemintang.

Akan tiba masanya
Pekat malam kan usai
Datang waktu fajar
Merekah merah di ufuk Timur.

Akan tiba masanya
Setiap penantian berakhir
Bertemu dengan kenyataan
Menghadirkan impian
Jadi kenyataan.

Akan tiba masanya
Dimana kebahagiaan
Memelukku erat
Selamanya.

Biarkan Cinta Tumbuh Nanti

Biarkan cinta tumbuh nanti. Ketika kita menghalalkannya. Duduk berdua di bangku pernikahan.

Di sanalah sesungguhnya cinta sejati memulai perjalanannya. Menuju kebahagiaan yang sesungguhnya.

Sedalam apapun cinta saat ini, sesungguhnya hanyalah khayalan lemah. Dan hanya menumpuk dosa.

Sementara cinta sejati, setiap langkahnya adalah pahala. Maka izinkan diriku untuk meninggalkan cerita ini semuanya.

Biarlah aku menganyam cinta sebagaimana cintanya orang-orang yang beriman. Yang mereka membawa cinta itu ke bahtera kehidupan. Sedangkan ujungnya adalah surga yang kekal abadi.

Bukan pada cinta yang terlihat mempesona. Padahal di dalamnya hanyalah resah gelisah, ketakutan, dan cemburu yang menghabiskan telaga bahagia.

Aku mencintaimu. Sungguh. Itulah alasanku kenapa harus meninggalkanmu.

Selesai ditulis. Semenjak hujan turun hingga matahari bersinar terang. 32.45.32

Next Post Previous Post