45 Puisi Kecewa Untuk Seseorang Yang Tidak Menghargai
Satu hal yang tak pernah hilang dalam hidup ini adalah rasa kecewa. Apalagi rasa itu diberikan oleh seseorang yang kita anggap penting. Kecewa itu semakin dalam.
Bagaimanapun kita punya pilihan. Jatuh ke lembah kecewa atau bangkit menangkap bahagia.
Kecewa itu memang mudah. Setiap orang pun bisa merasakannya. Bahkan tanpa bersusah payah.
Tapi kalau bahagia, itu berbeda. Karena ia kadang-kadang perlu perjuangan untuk mendapatkannya.
Semakin hebat perjuangan seseorang, semakin hebat pula kebahagiaan yang ia dapatkan. Itulah sebabnya aku memilih untuk merebut kebahagiaan yang telah dicuri oleh kekecewaan.
Menerima takdir adalah awalnya. Ikhlas memeluk kekecewa adalah kelanjutannya.
Lalu pada akhirnya bahagia menjadi penutupnya.
Kan sudah kubilang, puisi ini adalah puisi kecewa yang kupersembahkan untuk seseorang. Bukan kamu.
Kamu adalah sahabatku. Yang mengerti tentang kebahagiaanku. Memahami kapan aku senang kapan aku bahagia. Kapan aku marah kapan aku bersabar.
Untuk seseorang yang pernah singgah, lalu pergi entah ke mana. Kutuliskan puisi kecewa ini. mudah-mudahan engkau membacanya.
Kalaupun tak bersedia membaca, setidaknya aku sudah mengungkapkan apa yang di dalam dada: kecewa.
Sebuah kata yang selalu kuhindari. Bahkan kalau bisa, jangan pernah bertemu lagi. Aku lebih senang berjumpa dengan ketenangan, kebahagiaan, dan kesejahteraan.
Aku memilih bahagia. Melepaskan duka lara. Dan juga menghempaskan kecewa.
Apa untungnya bagiku menyimpan kecewa itu? Hanya membuat sesak dada. Kamu boleh memandangku sebagai orang yang lemah. Yang tak membalas kelicikanmu.
Tetapi bagi diriku, melepaskan kecewa ini pertanda sebuah kebesaran jiwa.
Aku tidak marah. Hanya saja harus lebih berhati-hati dalam memilih teman setia. Kamu pun boleh bertindak sesukamu. Tapi akupun punya hak yang sama. Bertindak semau diriku.
Ada lara yang kupunya
Yang entah harus kubagi
Kepada siapa.
Ada duka yang terasa
Perih sekali di dalam dada
Sebab aku salah sangka
Musuh kusangka teman setia.
Siapa yang merampas
Kenangan indah persahabatan
Siapa yang menghancurkan
Cita-cita kebersamaan?
Mungkin
Bukan kamu.
Tapi egoisme.
Aku hanya rindu.
Tetapi aku marah padamu
Karena kamu yang memberikannya
Kepadaku.
Aku marah
Kenapa kau sisakan rindu ini
Kau tinggalkan aku
Di sudut yang disana hanya
Bisa diisi oleh dirimu.
Aku di sini kesepian
Kala kenangan menjelma
Meniup-niupkan angin sunyi
Menyuruhku berjuang
Seorang diri.
Otakku menyimpan memori
Antara kamu, aku, dan cinta
Juga harapan.
Tapi harapanku telah berganti
Bukan padamu,
Tapi pada waktu.
Esok aku kan terbiasa
Melewati hari tanpamu
Kenangan bersamamu
Hilang dalam tumpukan
Kesibukan.
Lalu perlahan
Kau terkubur di masa lalu.
Masa lalu diriku.
Oh, cintaku kekasih hatiku.
Mintalah waktu
Yang lebih banyak
Agar kau bisa memberinya
Sedikit untukku.
Apakah kamu terlalu sibuk
Hingga tak sempat menatap diriku.
Cobalah lihat wajahku
Bukankah kamu biasanya paham
Kapan ada rindu yang mendalam.
Kapan aku butuh waktu
Untuk kau dengarkan?
Sebentar saja. Tak pernah lama.
Duduklah di sini
Aku rindu padamu
Bukan kecewa.
Kemarilah kekasihku.
Sudah berkorban, namun tak kau anggap. Hadirku bagai bayang-bayang yang tak bermakna. Namun jika aku pergi, kenapa pula kau mencari.
Hari ini aku ingin menulis, tentang puisi kecewa karena tidak dihargai. Apakah lebih baik aku pergi darimu? Menjauh dari dirimu. Mungkin itu lebih baik.
Dia datang di saat luka
Menghampiriku
Mengobati perih.
Dia datang kepadaku
Dengan membawa sejuta bunga
Mengharumkan jiwaku
Mengembalikan senyumanku.
Dia memetik butir-butir duka
Satu per satu dari diriku
lalu memenuhi dengan kebahagiaan.
Aku hanya ingin menjagamu dari sakit hati,
dari perasaan tidak dihargai.
Namun, tidak dari wanita lain.
Karena sekuat apa aku menjagamu,
sesempurna apa rasanya aku mencintaimu,
tidak ada yang bisa aku lakukan
jika sudah berhadapan dengan pilihanmu.
Desi P. Lestari
Karena aku tahu
Bahwa aku sudah
Melepaskan seseorang
Yang berharga bagiku.
Tapi aku sadar
Bahwa yang sudah pergi
Tidak akan kembali.
Waktuku terbuang
Untuk menunggu
seseorang yang
Telah memilih hilang.
Dulu kukira
Semua akan kembali
Baik-baik saja.
Ternyata tidak.
Seharusnya dulu
Aku tak menunggu
Seharusnya dulu
Aku langsung berusaha
Merelakan.
Kamu benar,
Tidak baik berharap
Terlalu besar kepada seseorang.
Jangan-jangan
Suatu hari orang yang kau harap
Justeru yang mematahkan hatimu.
Nanti, walaupun beribu alasan
Dia ungkapkan
Tak sanggup lagi untuk membenahi hatimu itu.
Tak selamanya
Yang berdua denganmu
Dia akan selalu bersamamu.
Suatu hari nanti
Bisa jadi dia orang yang paling kau benci.
Ketika itu
Mungkin kamu baru saja melihat kekurangan, padahal selama ini kau melihat segala kelebihan.
Aku ingin berterimakasih
Kepada dua orang.
Pertama,
Pada mereka yang setia
Berteman denganku
Meski aku berteman
Dengan orang yang tidak sukainya.
Kedua,
Kepada mereka yang tidak menjauhiku
Setelah mendengar omongan buruk
Dari lisan orang lain
Tentang diriku.
Kadang
Aku mencoba berpikir
Kebohonganmu mungkin baik.
Bisa jadi untuk menjaga
Hubungan baik antara kita.
Namun
Entah kenapa
Aku kurang suka.
Lebih baik
Berbicara apa adanya.
Meski
Bisa jadi
Aku marah.
Tapi tak akan lama.
.
.
Aku menulis puisi kecewa bukan karena merasa tak dihargai. Bukan pula mengeluhkan nasibuku dalam kehidupan ini. Sekedar ingin meredam sesaat gejolak amarahku.
Aku pernah memaksa
Agar engkau menjadi milikku.
Hingga aku mengerti
Bahagiamu bukan bersamaku.
Aku baru sadar,
Aku terlalu egois
Memikirkan bahagiaku
Mengorbankan bahagia orang lain.
Jadi
Maafkan aku.
Kau tahu?
Aku tak lagi cemas
Hati kecewa karena
kau membohongiku.
Karena aku pun
Bisa percaya dengan ucapanmu
Walau hanya pura-pura
- membohongimu.
Aku selalu percaya seseorang. Apa yang katakannya, diucapkannya, dan segala sesuatu yang keluar dari lisannya.
Dunia ini
tidak begitu keras.
Nasib ini
tidak begitu pahit.
Hanya saja
aku terlalu terpikat
pada dunia dan isinya.
Hingga aku tersiksa
oleh apa yang tak kudapat.
Terkadang kita tidak butuh orang yang paham diri kita. Yang kita butuhkan adalah memahami diri kita sendiri.
Dunia ini kadang terlihat tidak bersahabat. Akan lebih tidak bersahabat ketika kita tidak memahami diri sendiri.
Bukan tentang keinginan. Salah kita ialah tidak memahami kebutuhan.
Kamu mendapatkan kesusahan sebab kamu membutuhkan cara untuk menjadikan jiwamu bersabar.
Dan hanya dengan kesusahan itu kamu bersabar. Esok kamu akan tahu kenapa kesusahan ini mencabikmu.
Bisa jadi kamu sangat membutuhkannya ketika menghadapi badai yang lebih besar. Di saat itu jiwamu telah kuat sekuat batu karang. Tak hancur meskipun dihantam gelombang.
Maka bersyukurlah untuk segala kesulitan.
Bukan salah kehidupan
Kalau hatiku kecewa.
Ia adalah salahku
Yang meletakan harapan
Jauh di hamparan kehidupan.
Aku yang salah.
Selalu mengejar-ngejar kebahagiaan
Dan kabar buruknya,
Semakin kukejar semakin menjauh.
Aku berduka
Sebab tak kugapai
Apa yang jadi cita-cita.
Habis pula seluruh tenaga
Namun belum jua kunjung bahagia.
Lama sekali duka mengintai
Akupun resah dibuatnya.
Ingin kubuang jauh-jauh,
Tetapi ia semakin merayu.
Kini aku mengerti
Dukaku laksana pagar
Yang menghalangiku dari dunia ini.
Ia seolah mempunyai lisan
Yang ingin mengatakan
“Jauhi dunia ini.
Tempatmu bukan di sini.!”
Maka ketika hatiku menjauh
Sekaligus menerima diri sendiri
Di situlah
Muncul bahagia
Walau tanpa diundang.
Aku jatuh cinta pada kehidupan. Terpesona oleh kemilaunya. Terjerumus oleh kata-kata manusianya.
Aku tergoda. Untuk menggamit apa yang seharusnya tidak kugapai. Mengimpikan apa yang tidak boleh kuangankan.
Di situlah aku tahu kenapa hati kecewa pada kehidupan.
Karena salahku menempatkan harapan. Ia terlalu tinggi. Sehingga aku tak mungkin menggapainya. Ia terlalu tinggi sehingga ketika jatuh, sakitnya terasa sekali.
Padamu aku jatuh cinta
Kutumpahkan harapan
Cinta, pengorbanan, dan segalanya.
Kusangka
Ada banyak hal kudapatkan.
Nyatanya,
Yang hanya kecewa.
Seperti burung
Ingin rasanya terbang jauh
Meninggalkan dunia ini
Dengan segala keresahannya.
Apakah aku tak boleh bahagia
Mengecap manisnya kehidupan
Merasakan gurihnya tertawa
Sunyi dari segala yang bernama keresahan?
Aku ingin pergi
Jauh sekali.
Ke tempat yang tak punya cerita sedih.
Aku ingin pergi
Jauh sekali.
Menuju langit biru
Yang membentang jauh.
Menaungi awan gemawan
Melepaskan hujan
Dan melihat bagaimana tanah kering subur kembali kehijauan.
Sudah kukatakan padamu,
Bahwa kau tak boleh begitu.
Nanti kau kecewa
Saat impianmu lenyap seketika.
Belajarlah dari bunga
Yang mekar pada waktunya
Meski tak seorangpun tak melihatnya.
Belajar pada bunga,
Yang layu pada saatnya
Meski banyak orang mencintainya.
Sudah kukatakan,
Jangan meletakan harapan
Pada manusia.
Bekerjalah dalam diam
Sunyikan hatimu dari segala ucapan
Yang keluar dari lisan insan.
Jangan meletakan impian
Pada jantung kehidupan.
Sebab kehidupan ini pasti hancur
Hancur pula impianmu.
Kan, sudah kukatakan?
Kalau kau bisa bahagia hari ini, bahagialah. Kenapa harus menunggu yang tak pasti? Kenapa merelakan diri disiksa oleh sesuatu yang belum ada?
Sebenarnya banyak sekali yang bisa membuat hati kecewa. Mudah sekali kekecewaan menyobek tirai hati yang sudah rapuh. Kita bisa kecewa pada seseorang yang tak menghargai pengorbanan. Kecewa pada kehidupan yang tak mau sesuai dengan impian. Bahkan bisa kecewa pada orang tua, seperti ayah kita.
Mari kita lupakan semua itu. Mari langkahkan kaki ke tengah-tengah kebahagiaan dalam kehidupan.
Kita bahagia atas kesulitan yang Allah berikan. Yang dengannya terdidik jiwa menjadi jiwa yang sangat tabah.
Kita belajar dari orang yang memberi luka. Yang dengannya kita paham kenapa jiwa harus besar dan lapang.
Kita seharusnya senang pada seseorang yang mengecewakan. Yang dengannya kita tahu bahwa tidak semua kebaikan berbalas kebaikan.
Meskipun berat,
Tunaikan tugasmu.
Meskipun sengsara
Bersabarlah atas dunia.
Meskipun kecewa,
Tetaplah memaafkan.
Karena pada akhirnya
Ini bukan tentang kamu dan bahagia.
Tetapi tentang caramu menyikapi
kamu dapatkan pahalanya
kelak di hari-hari abadi.
Atau sikapmu
Membuatmu mendapat sengsara.
.
.
Kecewa memang selalu ada di dunia ini. Di kota maupun di desa. Orang kaya maupun miskin. Berpendidikan ataukah tidak. Semuanya mengecap kekecewaan.
Bagaimanapun kita punya pilihan. Jatuh ke lembah kecewa atau bangkit menangkap bahagia.
Kecewa itu memang mudah. Setiap orang pun bisa merasakannya. Bahkan tanpa bersusah payah.
Tapi kalau bahagia, itu berbeda. Karena ia kadang-kadang perlu perjuangan untuk mendapatkannya.
Semakin hebat perjuangan seseorang, semakin hebat pula kebahagiaan yang ia dapatkan. Itulah sebabnya aku memilih untuk merebut kebahagiaan yang telah dicuri oleh kekecewaan.
Menerima takdir adalah awalnya. Ikhlas memeluk kekecewa adalah kelanjutannya.
Lalu pada akhirnya bahagia menjadi penutupnya.
Puisi Kecewa Untuk Seseorang
Kan sudah kubilang, puisi ini adalah puisi kecewa yang kupersembahkan untuk seseorang. Bukan kamu.
Kamu adalah sahabatku. Yang mengerti tentang kebahagiaanku. Memahami kapan aku senang kapan aku bahagia. Kapan aku marah kapan aku bersabar.
Untuk seseorang yang pernah singgah, lalu pergi entah ke mana. Kutuliskan puisi kecewa ini. mudah-mudahan engkau membacanya.
Kalaupun tak bersedia membaca, setidaknya aku sudah mengungkapkan apa yang di dalam dada: kecewa.
Sebuah kata yang selalu kuhindari. Bahkan kalau bisa, jangan pernah bertemu lagi. Aku lebih senang berjumpa dengan ketenangan, kebahagiaan, dan kesejahteraan.
1.1. Aku Memilih Bahagia
Apa untungnya bagiku menyimpan kecewa itu? Hanya membuat sesak dada. Kamu boleh memandangku sebagai orang yang lemah. Yang tak membalas kelicikanmu.
Tetapi bagi diriku, melepaskan kecewa ini pertanda sebuah kebesaran jiwa.
Aku tidak marah. Hanya saja harus lebih berhati-hati dalam memilih teman setia. Kamu pun boleh bertindak sesukamu. Tapi akupun punya hak yang sama. Bertindak semau diriku.
Kau kira aku kecewa?
Tidak.
Aku hanya sedikit belajar
Bahwa tidak semua kepercayaan
Pantas diberikan.
Bahwa tidak semua orang
Yang dekat kita
Membela.
Tidak.
Aku hanya sedikit belajar
Bahwa tidak semua kepercayaan
Pantas diberikan.
Bahwa tidak semua orang
Yang dekat kita
Membela.
1.2 Aku Punya Luka
Ada lara yang kupunya
Yang entah harus kubagi
Kepada siapa.
Ada duka yang terasa
Perih sekali di dalam dada
Sebab aku salah sangka
Musuh kusangka teman setia.
Siapa yang merampas
Kenangan indah persahabatan
Siapa yang menghancurkan
Cita-cita kebersamaan?
Mungkin
Bukan kamu.
Tapi egoisme.
1.3. Aku Hanya Rindu
Aku hanya rindu.
Tetapi aku marah padamu
Karena kamu yang memberikannya
Kepadaku.
Aku marah
Kenapa kau sisakan rindu ini
Kau tinggalkan aku
Di sudut yang disana hanya
Bisa diisi oleh dirimu.
Aku di sini kesepian
Kala kenangan menjelma
Meniup-niupkan angin sunyi
Menyuruhku berjuang
Seorang diri.
Otakku menyimpan memori
Antara kamu, aku, dan cinta
Juga harapan.
Tapi harapanku telah berganti
Bukan padamu,
Tapi pada waktu.
Esok aku kan terbiasa
Melewati hari tanpamu
Kenangan bersamamu
Hilang dalam tumpukan
Kesibukan.
Lalu perlahan
Kau terkubur di masa lalu.
Masa lalu diriku.
1.4. Puisi Kecewa Untuk Pacar Halalku
Oh, cintaku kekasih hatiku.
Mintalah waktu
Yang lebih banyak
Agar kau bisa memberinya
Sedikit untukku.
Apakah kamu terlalu sibuk
Hingga tak sempat menatap diriku.
Cobalah lihat wajahku
Bukankah kamu biasanya paham
Kapan ada rindu yang mendalam.
Kapan aku butuh waktu
Untuk kau dengarkan?
Sebentar saja. Tak pernah lama.
Duduklah di sini
Aku rindu padamu
Bukan kecewa.
Kemarilah kekasihku.
Hilangmu Kemana?
Sudah berkorban, namun tak kau anggap. Hadirku bagai bayang-bayang yang tak bermakna. Namun jika aku pergi, kenapa pula kau mencari.
Hari ini aku ingin menulis, tentang puisi kecewa karena tidak dihargai. Apakah lebih baik aku pergi darimu? Menjauh dari dirimu. Mungkin itu lebih baik.
2.1. Datangnya Di Tengah Luka
Dia datang di saat luka
Menghampiriku
Mengobati perih.
Dia datang kepadaku
Dengan membawa sejuta bunga
Mengharumkan jiwaku
Mengembalikan senyumanku.
Dia memetik butir-butir duka
Satu per satu dari diriku
lalu memenuhi dengan kebahagiaan.
2.2. Menjagamu Dari Sakit
Aku hanya ingin menjagamu dari sakit hati,
dari perasaan tidak dihargai.
Namun, tidak dari wanita lain.
Karena sekuat apa aku menjagamu,
sesempurna apa rasanya aku mencintaimu,
tidak ada yang bisa aku lakukan
jika sudah berhadapan dengan pilihanmu.
Desi P. Lestari
2.3. Tidak Kembali
Karena aku tahu
Bahwa aku sudah
Melepaskan seseorang
Yang berharga bagiku.
Tapi aku sadar
Bahwa yang sudah pergi
Tidak akan kembali.
2.4. Waktuku Terbuang Sia-sia
Waktuku terbuang
Untuk menunggu
seseorang yang
Telah memilih hilang.
Dulu kukira
Semua akan kembali
Baik-baik saja.
Ternyata tidak.
Seharusnya dulu
Aku tak menunggu
Seharusnya dulu
Aku langsung berusaha
Merelakan.
Kecewa Dibohongi Kekasih
Kamu benar,
Tidak baik berharap
Terlalu besar kepada seseorang.
Jangan-jangan
Suatu hari orang yang kau harap
Justeru yang mematahkan hatimu.
Nanti, walaupun beribu alasan
Dia ungkapkan
Tak sanggup lagi untuk membenahi hatimu itu.
3.1. Tak Selamanya
Tak selamanya
Yang berdua denganmu
Dia akan selalu bersamamu.
Suatu hari nanti
Bisa jadi dia orang yang paling kau benci.
Ketika itu
Mungkin kamu baru saja melihat kekurangan, padahal selama ini kau melihat segala kelebihan.
3.2. Terimakasih
Aku ingin berterimakasih
Kepada dua orang.
Pertama,
Pada mereka yang setia
Berteman denganku
Meski aku berteman
Dengan orang yang tidak sukainya.
Kedua,
Kepada mereka yang tidak menjauhiku
Setelah mendengar omongan buruk
Dari lisan orang lain
Tentang diriku.
3.3. Membohongi
Kadang
Aku mencoba berpikir
Kebohonganmu mungkin baik.
Bisa jadi untuk menjaga
Hubungan baik antara kita.
Namun
Entah kenapa
Aku kurang suka.
Lebih baik
Berbicara apa adanya.
Meski
Bisa jadi
Aku marah.
Tapi tak akan lama.
3.4. Janji Seorang Lelaki
Janji itu harga seorang lelaki;
Apabila ia ingkar,
Dia melukai dua hal besar.
Perempuannya dan harga dirinya.
Apabila ia ingkar,
Dia melukai dua hal besar.
Perempuannya dan harga dirinya.
.
.
Aku menulis puisi kecewa bukan karena merasa tak dihargai. Bukan pula mengeluhkan nasibuku dalam kehidupan ini. Sekedar ingin meredam sesaat gejolak amarahku.
Aku pernah memaksa
Agar engkau menjadi milikku.
Hingga aku mengerti
Bahagiamu bukan bersamaku.
Aku baru sadar,
Aku terlalu egois
Memikirkan bahagiaku
Mengorbankan bahagia orang lain.
Jadi
Maafkan aku.
3.5. Tak Cemas
Kau tahu?
Aku tak lagi cemas
Hati kecewa karena
kau membohongiku.
Karena aku pun
Bisa percaya dengan ucapanmu
Walau hanya pura-pura
- membohongimu.
Puisi Kecewa Tentang Kehidupan
Aku selalu percaya seseorang. Apa yang katakannya, diucapkannya, dan segala sesuatu yang keluar dari lisannya.
Dunia ini
tidak begitu keras.
Nasib ini
tidak begitu pahit.
Hanya saja
aku terlalu terpikat
pada dunia dan isinya.
Hingga aku tersiksa
oleh apa yang tak kudapat.
Terkadang kita tidak butuh orang yang paham diri kita. Yang kita butuhkan adalah memahami diri kita sendiri.
Dunia ini kadang terlihat tidak bersahabat. Akan lebih tidak bersahabat ketika kita tidak memahami diri sendiri.
Bukan tentang keinginan. Salah kita ialah tidak memahami kebutuhan.
Kamu mendapatkan kesusahan sebab kamu membutuhkan cara untuk menjadikan jiwamu bersabar.
Dan hanya dengan kesusahan itu kamu bersabar. Esok kamu akan tahu kenapa kesusahan ini mencabikmu.
Bisa jadi kamu sangat membutuhkannya ketika menghadapi badai yang lebih besar. Di saat itu jiwamu telah kuat sekuat batu karang. Tak hancur meskipun dihantam gelombang.
Maka bersyukurlah untuk segala kesulitan.
Kenapa Mengejar Bahagia?
Bukan salah kehidupan
Kalau hatiku kecewa.
Ia adalah salahku
Yang meletakan harapan
Jauh di hamparan kehidupan.
Aku yang salah.
Selalu mengejar-ngejar kebahagiaan
Dan kabar buruknya,
Semakin kukejar semakin menjauh.
Dukaku Adalah Pagar Kehidupan
Aku berduka
Sebab tak kugapai
Apa yang jadi cita-cita.
Habis pula seluruh tenaga
Namun belum jua kunjung bahagia.
Lama sekali duka mengintai
Akupun resah dibuatnya.
Ingin kubuang jauh-jauh,
Tetapi ia semakin merayu.
Kini aku mengerti
Dukaku laksana pagar
Yang menghalangiku dari dunia ini.
Ia seolah mempunyai lisan
Yang ingin mengatakan
“Jauhi dunia ini.
Tempatmu bukan di sini.!”
Maka ketika hatiku menjauh
Sekaligus menerima diri sendiri
Di situlah
Muncul bahagia
Walau tanpa diundang.
Jatuh Cinta, Lalu Kecewa
Aku jatuh cinta pada kehidupan. Terpesona oleh kemilaunya. Terjerumus oleh kata-kata manusianya.
Aku tergoda. Untuk menggamit apa yang seharusnya tidak kugapai. Mengimpikan apa yang tidak boleh kuangankan.
Di situlah aku tahu kenapa hati kecewa pada kehidupan.
Karena salahku menempatkan harapan. Ia terlalu tinggi. Sehingga aku tak mungkin menggapainya. Ia terlalu tinggi sehingga ketika jatuh, sakitnya terasa sekali.
Padamu aku jatuh cinta
Kutumpahkan harapan
Cinta, pengorbanan, dan segalanya.
Kusangka
Ada banyak hal kudapatkan.
Nyatanya,
Yang hanya kecewa.
Apakah Aku Tak Boleh Bahagia?
Seperti burung
Ingin rasanya terbang jauh
Meninggalkan dunia ini
Dengan segala keresahannya.
Apakah aku tak boleh bahagia
Mengecap manisnya kehidupan
Merasakan gurihnya tertawa
Sunyi dari segala yang bernama keresahan?
Aku ingin pergi
Jauh sekali.
Ke tempat yang tak punya cerita sedih.
Aku ingin pergi
Jauh sekali.
Menuju langit biru
Yang membentang jauh.
Menaungi awan gemawan
Melepaskan hujan
Dan melihat bagaimana tanah kering subur kembali kehijauan.
Impian Dan Harapan
Sudah kukatakan padamu,
Bahwa kau tak boleh begitu.
Nanti kau kecewa
Saat impianmu lenyap seketika.
Belajarlah dari bunga
Yang mekar pada waktunya
Meski tak seorangpun tak melihatnya.
Belajar pada bunga,
Yang layu pada saatnya
Meski banyak orang mencintainya.
Sudah kukatakan,
Jangan meletakan harapan
Pada manusia.
Bekerjalah dalam diam
Sunyikan hatimu dari segala ucapan
Yang keluar dari lisan insan.
Jangan meletakan impian
Pada jantung kehidupan.
Sebab kehidupan ini pasti hancur
Hancur pula impianmu.
Kan, sudah kukatakan?
Kalau kau bisa bahagia hari ini, bahagialah. Kenapa harus menunggu yang tak pasti? Kenapa merelakan diri disiksa oleh sesuatu yang belum ada?
Sebenarnya banyak sekali yang bisa membuat hati kecewa. Mudah sekali kekecewaan menyobek tirai hati yang sudah rapuh. Kita bisa kecewa pada seseorang yang tak menghargai pengorbanan. Kecewa pada kehidupan yang tak mau sesuai dengan impian. Bahkan bisa kecewa pada orang tua, seperti ayah kita.
Mari kita lupakan semua itu. Mari langkahkan kaki ke tengah-tengah kebahagiaan dalam kehidupan.
Kita bahagia atas kesulitan yang Allah berikan. Yang dengannya terdidik jiwa menjadi jiwa yang sangat tabah.
Kita belajar dari orang yang memberi luka. Yang dengannya kita paham kenapa jiwa harus besar dan lapang.
Kita seharusnya senang pada seseorang yang mengecewakan. Yang dengannya kita tahu bahwa tidak semua kebaikan berbalas kebaikan.
Meskipun berat,
Tunaikan tugasmu.
Meskipun sengsara
Bersabarlah atas dunia.
Meskipun kecewa,
Tetaplah memaafkan.
Karena pada akhirnya
Ini bukan tentang kamu dan bahagia.
Tetapi tentang caramu menyikapi
kamu dapatkan pahalanya
kelak di hari-hari abadi.
Atau sikapmu
Membuatmu mendapat sengsara.
.
.
Kecewa memang selalu ada di dunia ini. Di kota maupun di desa. Orang kaya maupun miskin. Berpendidikan ataukah tidak. Semuanya mengecap kekecewaan.