Ciri-Ciri Pantun Yang Merupakan Puisi Lama, Ini Dia
Tuliskan ciri ciri pantun syair dan gurindam!
Pantun merupakan bagian dari puisi lama.
Pada umumnya pantun terdiri dari empat baris. Memiliki sampiran dan isi.
Sampiran pada pantun adalah pembuka pantun yang berfungsi sebagai unsur persajakan.
Sedangkan pada baris berikutnya adalah isi. Di sini merupakan pesan utama yang ingin disampaikan dalam pantun.
Sampiran ibarat tumpuan. Persajakan pada baris puisi harus sesuai dengan sampiran ini.
Inilah ciri-ciri Pantun
Pantun merupakan puisi lama yang sangat khas. Mudah sekali membedakan antara pantun dengan jenis puisi lainnya.
Inilah ciri-ciri pantun yang perlu diketahui.
Itulah ciri-ciri utama pada pantun.
Jika ingin lebih jelas lagi, bacalah penjelasannya di bawah ini.
Apa yang dimaksud dengan rima ab ab?
Pantun memiliki Rima ab ab yakni persajakan pada baris kesatu sama dengan baris ketiga.
Sedangkan persajakan baris kedua sama dengan baris ke-4.
Marilah kita pahami melalui contoh di bawah ini.
Berakit-rakit Ke Hulu (a)
Berenang-renang ke tepian (b)
Bersakit-sakit dahulu (a)
Bersenang-senang kemudian (b)
Perhatikan pada ujung baris. Persajakannya adalah baris satu sama dengan baris ke-3, atau persajakan /a/
Persajakan baris kedua sama dengan persajakan baris ke-4, yakni persajakan /b/
Hulu - dahulu
Tepian - kemudian
Rimanya sama bukan antara /hulu/ dengan /dahulu/.
Begitu pula /tepian/ dengan kata /kemudian/.
Mari kita berikan contoh lainnya.
Kalau anda Jarum Yang Patah (a)
Jangan simpan di dalam peti (b)
Jika ada kata-kata yang salah (a)
Jangan simpan di dalam hati (b)
Persajakan yang sama ada pada kata
Patah - salah
Peti - hati
Contoh lainnya.
Hutan rimba tempat si rusa
Ikan terjaring di dalam jala
Hari ini kita berpuasa
Agar kita mendapat pahala
Rima yang dipakai adalah Rima ab ab. Yakni dalam kata
Rusa- puasa
Jala - pahala
Walaupun ujung kata merupakan vokal /a/, tetapi tetap saja disebut dengan rima ab ab. Artinya baris pertama adalah /a/, sama dengan baris ke-tiga yang juga /a/.
Baris kedua bersajak /b/ sama dengan baris ke-empat yang juga bersajak /b/
Pada umumnya pantun dalam satu bait terdiri dari 4 baris.
Walaupun ada jenis pantun lainnya. Yakni karmina yang terdiri dari 2 baris. Begitu juga dengan talibun, yang terdiri 6 baris.
Namun sekali lagi, pada umumnya pantun terdiri dari 4 baris.
Contoh.
Hari Minggu pergi berkemah
Melihat mawar berwarna merah
Walau belajar di dalam rumah
Tetap semangat jangan menyerah
Perhatikan pantun di atas. Bukankah bukankah 1 bait terdiri dari 4 baris?
Berikut ini contoh pantun lainnya.
Anak Melayu amat ramah,
dari Malaka suah berpindah
Walau belajar di dalam rumah
Jangan sampai pikiran gundah
pagi hari makan ketan
naik sampan di sungai Asahan
Mari kita jaga kesehatan
Dengan menjaga kebersihan
Air dingin dalam kendi,
untuk menyiram bunga di pagar.
Bangun pagi langsung mandi
Supaya tumbuh bersih dan segar
Ciri khas pantun adalah pembagian dalam setiap baitnya. Tidak seperti jenis puisi lama lainnya, pantun selalu terdiri dari dua bagian.
Adapun pesan di dalam pantun berada pada bagian yang kedua. Penjelasannya adalah pada bagian berikut ini.
Yakni terdiri dari sampiran dan isi. Ini merupakan salah satu ciri-ciri pantun yang saling berbeda dengan jenis puisi lainnya.
Bagian awal pada pantun merupakan sampiran. Apa yang dimaksud dengan sampiran?
Sampiran adalah bait yang fungsinya untuk memberikan keindahan rima atau persajakan.
Sampiran sama sekali tidak berkaitan dengan isi kecuali sebagai unsur pengindah saja.
Karena pantun terdiri dari empat baris, maka baris pertama dan kedua adalah sampiran.
Perhatikan contoh pantun di bawah ini.
Yang dicetak tebal merupakan sampiran.
Jalan-jalan ke kota Mekah
Melihat batu berbongkah-bongkah
Mari kita perbanyak sedekah
Supaya hidup bertambah berkah
Angin dingin di bawah tangga
Berhembus ke atas kena kursinya
Jika engkau ingin masuk surga
Mari tunaikan perintah dari-Nya
Inti dari pantun berada pada bagian yang kedua. Jika pantun terdiri dari empat baris, maka isi pantun berada pada baris ketiga dan keempat.
Perhatikan contoh pantun di bawah ini. Garis yang dicetak tebal merupakan isi dari pantun.
Dari mana datangnya lintah
Dari sawah turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati
Hari lebaran makan ketupat
Ketupat dimakan untuk sarapan
Carilah ilmu sampai dapat
Jangan sampai putus harapan
Kebun luas tumbuh ilalang
Ilalang dari tanah rawa
Lucunya bukan kepalang
Anak ompong suka tertawa
Ciri-ciri pantun berikutnya adalah tentang jumlah suku kata. Jumlah suku kata dalam pantun terdiri dari 8 hingga 12 suku kata.
Kenapa terdiri dari 8 hingga 12 suku kata?
Fungsinya adalah untuk memperindah ketika dibaca. Pantun memiliki lagu tersendiri ketika dibaca oleh seseorang.
Apabila suku katanya kurang dari 8 atau bahkan lebih dari 12, maka irama dalam membaca pantun akan rusak.
Itulah sebabnya pantun terdiri dari 8 hingga 12 suku kata.
Mari kita perhatikan contoh berikut ini.
Kalau pergi ke Siantar,
Itulah tanda dekat dengan Malaka.
Kalau kamu memang pintar,
Hewan apa ekornya di kepala?
Mari kita hitung suku kata dalam setiap baris.
/kalau pergi ke Siantar/
Ka - 1
Lau - 2
Per- 3
Gi - 4
Ke - 5
Si-6
An-7
Tar- 8
Kalimat “kalau pergi ke Siantar” terdiri dari 8 suku kata.
/Itulah tanda dekat dengan Malaka/
I-1
Tu-2
Lah-3
Tan-4
Da-5
De-6
Kat-7
De-8
Ngan-9
Ma-10
La-11
Ka-12
Kalimat /Itulah tanda dekat dengan Malaka/ terdiri dari 12 suku kata.
Itulah ciri-ciri pantun.
Pantun sendiri terdiri dari berbagai jenis. Ada pantun kanak-kanak, pantun tua, dan pantun muda.
Sedangkan kalau dilihat dari isinya terbagi menjadi pantun:
Pantun nasehat
Pantun teka-teki
Pantun jenaka.
Semoga bermanfaat ya buat kamu semua
Pantun merupakan bagian dari puisi lama.
Pada umumnya pantun terdiri dari empat baris. Memiliki sampiran dan isi.
Sampiran pada pantun adalah pembuka pantun yang berfungsi sebagai unsur persajakan.
Sedangkan pada baris berikutnya adalah isi. Di sini merupakan pesan utama yang ingin disampaikan dalam pantun.
Sampiran ibarat tumpuan. Persajakan pada baris puisi harus sesuai dengan sampiran ini.
Inilah ciri-ciri Pantun
Pantun merupakan puisi lama yang sangat khas. Mudah sekali membedakan antara pantun dengan jenis puisi lainnya.
Inilah ciri-ciri pantun yang perlu diketahui.
- Memiliki Rima ab ab
- Terdiri dari empat baris
- Satu bait terdiri dari 2 bagian
- Bagian awal merupakan sampiran
- Bagian kedua merupakan isi
- Persajakannya adalah a b a b
- Jumlah suku kata 8 hingga 12
Itulah ciri-ciri utama pada pantun.
Jika ingin lebih jelas lagi, bacalah penjelasannya di bawah ini.
Rima ab ab
Apa yang dimaksud dengan rima ab ab?
Pantun memiliki Rima ab ab yakni persajakan pada baris kesatu sama dengan baris ketiga.
Sedangkan persajakan baris kedua sama dengan baris ke-4.
Marilah kita pahami melalui contoh di bawah ini.
Berakit-rakit Ke Hulu (a)
Berenang-renang ke tepian (b)
Bersakit-sakit dahulu (a)
Bersenang-senang kemudian (b)
Perhatikan pada ujung baris. Persajakannya adalah baris satu sama dengan baris ke-3, atau persajakan /a/
Persajakan baris kedua sama dengan persajakan baris ke-4, yakni persajakan /b/
Hulu - dahulu
Tepian - kemudian
Rimanya sama bukan antara /hulu/ dengan /dahulu/.
Begitu pula /tepian/ dengan kata /kemudian/.
Mari kita berikan contoh lainnya.
Kalau anda Jarum Yang Patah (a)
Jangan simpan di dalam peti (b)
Jika ada kata-kata yang salah (a)
Jangan simpan di dalam hati (b)
Persajakan yang sama ada pada kata
Patah - salah
Peti - hati
Contoh lainnya.
Hutan rimba tempat si rusa
Ikan terjaring di dalam jala
Hari ini kita berpuasa
Agar kita mendapat pahala
Rima yang dipakai adalah Rima ab ab. Yakni dalam kata
Rusa- puasa
Jala - pahala
Walaupun ujung kata merupakan vokal /a/, tetapi tetap saja disebut dengan rima ab ab. Artinya baris pertama adalah /a/, sama dengan baris ke-tiga yang juga /a/.
Baris kedua bersajak /b/ sama dengan baris ke-empat yang juga bersajak /b/
Satu Bait Terdiri Dari 4 Baris
Pada umumnya pantun dalam satu bait terdiri dari 4 baris.
Walaupun ada jenis pantun lainnya. Yakni karmina yang terdiri dari 2 baris. Begitu juga dengan talibun, yang terdiri 6 baris.
Namun sekali lagi, pada umumnya pantun terdiri dari 4 baris.
Contoh.
Hari Minggu pergi berkemah
Melihat mawar berwarna merah
Walau belajar di dalam rumah
Tetap semangat jangan menyerah
Perhatikan pantun di atas. Bukankah bukankah 1 bait terdiri dari 4 baris?
Berikut ini contoh pantun lainnya.
Anak Melayu amat ramah,
dari Malaka suah berpindah
Walau belajar di dalam rumah
Jangan sampai pikiran gundah
pagi hari makan ketan
naik sampan di sungai Asahan
Mari kita jaga kesehatan
Dengan menjaga kebersihan
Air dingin dalam kendi,
untuk menyiram bunga di pagar.
Bangun pagi langsung mandi
Supaya tumbuh bersih dan segar
Satu Bait Terdiri Dari Dua Bagian
Ciri khas pantun adalah pembagian dalam setiap baitnya. Tidak seperti jenis puisi lama lainnya, pantun selalu terdiri dari dua bagian.
Adapun pesan di dalam pantun berada pada bagian yang kedua. Penjelasannya adalah pada bagian berikut ini.
Yakni terdiri dari sampiran dan isi. Ini merupakan salah satu ciri-ciri pantun yang saling berbeda dengan jenis puisi lainnya.
Bagian awal merupakan sampiran
Bagian awal pada pantun merupakan sampiran. Apa yang dimaksud dengan sampiran?
Sampiran adalah bait yang fungsinya untuk memberikan keindahan rima atau persajakan.
Sampiran sama sekali tidak berkaitan dengan isi kecuali sebagai unsur pengindah saja.
Karena pantun terdiri dari empat baris, maka baris pertama dan kedua adalah sampiran.
Perhatikan contoh pantun di bawah ini.
Yang dicetak tebal merupakan sampiran.
Jalan-jalan ke kota Mekah
Melihat batu berbongkah-bongkah
Mari kita perbanyak sedekah
Supaya hidup bertambah berkah
Angin dingin di bawah tangga
Berhembus ke atas kena kursinya
Jika engkau ingin masuk surga
Mari tunaikan perintah dari-Nya
Bagian kedua merupakan isi
Inti dari pantun berada pada bagian yang kedua. Jika pantun terdiri dari empat baris, maka isi pantun berada pada baris ketiga dan keempat.
Perhatikan contoh pantun di bawah ini. Garis yang dicetak tebal merupakan isi dari pantun.
Dari mana datangnya lintah
Dari sawah turun ke kali
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati
Hari lebaran makan ketupat
Ketupat dimakan untuk sarapan
Carilah ilmu sampai dapat
Jangan sampai putus harapan
Kebun luas tumbuh ilalang
Ilalang dari tanah rawa
Lucunya bukan kepalang
Anak ompong suka tertawa
Jumlah suku kata 8 hingga 12
Ciri-ciri pantun berikutnya adalah tentang jumlah suku kata. Jumlah suku kata dalam pantun terdiri dari 8 hingga 12 suku kata.
Kenapa terdiri dari 8 hingga 12 suku kata?
Fungsinya adalah untuk memperindah ketika dibaca. Pantun memiliki lagu tersendiri ketika dibaca oleh seseorang.
Apabila suku katanya kurang dari 8 atau bahkan lebih dari 12, maka irama dalam membaca pantun akan rusak.
Itulah sebabnya pantun terdiri dari 8 hingga 12 suku kata.
Mari kita perhatikan contoh berikut ini.
Kalau pergi ke Siantar,
Itulah tanda dekat dengan Malaka.
Kalau kamu memang pintar,
Hewan apa ekornya di kepala?
Mari kita hitung suku kata dalam setiap baris.
/kalau pergi ke Siantar/
Ka - 1
Lau - 2
Per- 3
Gi - 4
Ke - 5
Si-6
An-7
Tar- 8
Kalimat “kalau pergi ke Siantar” terdiri dari 8 suku kata.
/Itulah tanda dekat dengan Malaka/
I-1
Tu-2
Lah-3
Tan-4
Da-5
De-6
Kat-7
De-8
Ngan-9
Ma-10
La-11
Ka-12
Kalimat /Itulah tanda dekat dengan Malaka/ terdiri dari 12 suku kata.
Itulah ciri-ciri pantun.
Pantun sendiri terdiri dari berbagai jenis. Ada pantun kanak-kanak, pantun tua, dan pantun muda.
Sedangkan kalau dilihat dari isinya terbagi menjadi pantun:
Pantun nasehat
Pantun teka-teki
Pantun jenaka.
Semoga bermanfaat ya buat kamu semua