Macam Tema Puisi dan Contohnya Dengan Penjelasan
Kita telah membahas tentang apa itu puisi dan apa saja ciri-cirinya.
Kita juga telah membaca berbagai contoh puisi tentang ibu, Sahabat, Alam, dan lain sebagainya.
Walaupun banyak macam puisi sebenarnya puisi terdiri atau dikelompokkan dengan beberapa tema.
Apa yang dimaksud dengan tema puisi?
Tema mengacu pada penyair.
Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut.
Karena itu, tema bersifat khusus, objektif, dan lugas.
Tema yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema:
Selanjutnya kita akan membahas tema tema tersebut.
Tema ketuhanan seringkali disebut tema religius filosofis, yaitu tema puisi yang mampu membawa manusia untuk lebih bertakwa, lebih merenungkan kekuasaan Tuhan dan menghargai alam dan seisinya.
Drama-drama Yunani diklasifikasikan bertema religius karena menampilkan ketidakberdayaan manusia di hadapan Tuhan Yang Maha penguasa, Maha Bijaksana, dan Maha Pengasih.
Puisi Chairil Anwar yang menunjukkan ketidak berdayaan yang menghadapi maut dalam "Yang Terampas dan Yang Putus" juga dapat digolongkan sebagai puisi bertema religius.
Contoh puisi puisi yang bertemakan ketuhanan atau religius:
Bandingkan puisi” Doa” Chairil Anwar dan “Doa” karangan Budiman S. Hartoyo berikut ini.
Sedangkan berikut ini puisi yang berjudul “Doa” karya Budiman S. Hartoyo.
Dalam puisi tersebut, penyair benar-benar khusyuk berserah diri dan ingin senantiasa hidup di dalam cahaya kasihmu Tuhan.
Kedua penyair merasa tidak berdaya tanpa Tuhan.
Mereka berdua juga menyadari bahwa diri mereka adalah orang-orang berdosa yang remuk, terasing, mengembara di negeri asing, hilang bentuk, dan karena itu tidak pantas disapa oleh Tuhan.
Akan tetapi, mereka menyadari bahwa tidak ada jalan lain kecuali jalan Tuhan yang harus diikuti.
Mereka merasa tidak bisa berpaling kearah lain, kecuali ke Jalan Tuhan.
Melalui peristiwa atau tragedi yang digambarkan penyair dalam puisi, ia berusaha meyakinkan pembaca tentang ketinggian martabat manusia.
Karena itu, manusia harus dihargai, dihormati, diperhatikan hak-haknya, dan diperlakukan secara adil dan manusiawi.
Perbuatan yang mengorbankan martabat manusia, apapun alasannya harus ditentang atau tidak disetujui.
Puisi berjudul “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar berikut ini bertema kemanusiaan.
Dalam puisi ini yang bercerita tentang hidup seorang pengemis yang digambarkan bermartabat lebih tinggi dari menara katedral.
Berikut contoh puisi dengan tema kemanusiaan.
Penyair menyadarkan kita bahwa gadis kecil berkaleng kecil itu harus kita hargai, kita perhatikan, kita tolong karena ia juga manusia.
Dan gadis tersebut mempunyai martabat yang sama seperti kita.
Martabat gadis itu lebih tinggi dari menara katedral artinya martabat di situ bisa jadi lebih tinggi dari orang-orang kaya atau orang beriman.
Rendra banyak menulis puisi dengan tema kemanusiaan.
Puisi-puisinya menyadarkan pembaca untuk selalu menghargai martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan.
Kita hayati antara lain dalam puisi Rendra yang berjudul "Orang-orang Miskin.”
Dengan puisi yang bertema Patriotisme, penyair mengajak pembaca untuk meneladani orang-orang yang telah berkorban demi bangsa dan tanah air.
Mereka rela mati demi kemerdekaan.
Di bawah ini contoh-contoh puisi dengan tema patriotisme:
Berikut ini diikuti puisi patriotik berjudul Diponegoro karya Chairil Anwar.
.
Kita semua tahu bahwa Pangeran Diponegoro adalah patriotbangsa yang pantas diteladani oleh seluruh bangsa Indonesia.
Di masa pembangunan ini Semangat perjuangan Pangeran Diponegoro harus kita hidupkan di dalam jiwa kita semua ( Tuan hidup kembali /dan Bara kagum menjadi api ).
Baris Pedang di kanan keris di kiri menunjukkan perjuangan Pangeran Diponegoro yang tidak hanya didukung kekuatan militer yang terlatih (pedang), namun juga oleh kekuatan rakyat yang sesuai tradisi (keris).
Karena itu disebut berselubung semangat yang tak bisa mati.
Pasukan Diponegoro memancarkan kekuatan (bergenderang-berpalu) mengandalkan semangat kesetiakawanan dan saling mempercayai (kepercayaan tanda menyerbu).
Chairil Anwar menyadari bahwa jika hidup ini sudah diberi arti, maka kematian akan diterima dengan lapang dada (sekali berarti/sudah itu mati).
Ungkapan ini merupakan salah satu ungkapan Chairil Anwar yang kemudian menjadi sangat terkenal.
Bait terakhir puisi tersebut menunjukkan kebulatan tekad para Patriot untuk membela bangsa dan tanah air seperti berikut ini:
Maju
serbu
Serang
terjang
Penyair melihat bahwa Patriot Bangsa tidak memiliki pilihan lain dalam menghadapi penjajah Belanda, kecuali maju untuk menyerbu, menyerang dan menerjang musuh.
Karena Chairil Anwar aktif berkarya pada masa revolusi fisik untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah, maka banyak karyanya bertema patriotik.
Yang cukup terkenal antara lain "Karawang-Bekasi”
Puisi tersebut melukiskan perjuangan pahlawan-pahlawan dalam pertempuran antara karawang-bekasi.
Dalam puisi itu mereka meminta kita menghargai, mengenang, dan meneruskan perjuangan mereka.
Jika tema patriotisme mengungkapkan perjuangan membela bangsa dan tanah air, maka tema cinta tanah air berupa pemujaan kepada tanah kelahiran atau Negeri Tercinta.
Puisi-puisi Muhammad Yamin pada tahun 1920-an merupakan puisi yang mengungkapkan kecintaan penyair kepada tanah air.
Contoh puisi berteman cinta tanah air.
Puisi di atas menunjukkan cinta penyair kepada tanah kelahirannya, Sunda.
Di tanah itu Dek daerahnya ramah, orang-orang yang selalu mesra menerima penyair.
Daerah yang selalu dirindukan, selalu menggetarkan hati, penuh sawah yang membentangkan harapan.
Namun derita tidak lepas dari tanahnya itu tanah penuh darah dan tubuh terbaring kuyu.
Korban korban kekejaman pemberontak tidak mendapatkan pertolongan yang memadai ( tangan sia-sia/bersenyum sia-sia).
Bagaimanapun menderitanya masyarakat di sana, penyair tetap mencintai tanah kelahirannya sampai kapanpun ( kapan pun kau lambaikan tangan/bukan datang/dan menekankan jantung ke tanah hitam).
Puisi ini juga disebut dengan puisi cinta. Yaitu puisi-puisi yang memiliki tema cinta kasih antara pria dan wanita.
Mungkin di dalamnya berisikan tentang rindu, cinta, cemburu, ataupun kekecewaan.
Beberapa nyanyian pop liriknya menyerupai puisi. Kebanyakan nyanyian pop bertemakan cinta antara pria dan wanita.
Di dalam puisi lama atau pantun kita juga mengenal tema cinta yang berbentuk pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun perpisahan, dan pantun beriba hati.
Dari jenis-jenis pantun itu dapat dinyatakan bahwa tema cinta kami juga meliputi putus cinta atau sedih karena cinta.
Puisi puisi rendra banyak yang bertema cinta, terutama bagian pertama kumpulan puisi/empat kumpulan sajak/yang berjudul "romansa" dan "surat kepada bunda tentang calon menantunya".
Berikut ini beberapa contoh puisi yang bertemakan cinta kasih antara pria dengan wanita.
Surat Cinta
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain...
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku
Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !
(Empat Kumpulan Sajak, 1961)
Rendra memiliki kelebihan dalam menciptakan simbol simbol atau lambang pada puisi cinta nyanyi.
Seperti telah dijelaskan di depan kenapa ngabarin pertama menyebutkan hujan gerimis yang artinya kesedihan yang diderita karena cinta kedua remaja tidak direstui orang tua si gadis.
Ungkapan tambur mainan anak peri dunia yang gaib mengembangkan kekuatan cinta dua sejoli itu yang sangat mendalam.
Bait kedua menunjukkan meskipun "langit menangis" artinya kesedihan karena cintanya tidak direstui semakin besar, namun dua sejoli itu semakin mendalam cintanya seperti percintaan dua ekor belibis/bercintaan dalam kolam/mengibaskan ekor/serta menggetarkan bulu-bulunya.
Kadang cintanya yang semakin mendalam, maka penyair menyatakan melamar “dik narti”-nya.
Bait ketiga dengan lebih jelas menunjukkan kekuatan dan keajaiban cinta antara sang penyair dan dik narti yang diungkapkan sebagai:
Kaki-kaki hujan yang runcing
Menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
Bagai logam berat gemerlapan
Menempuh ke muka
Dan tak kan kunjung diundurkan
Bait berikutnya menunjukkan kekaguman penyair kepada kekasihnya, seorang penyanyi seriosa terkenal di yogyakarta.
Oleh karena itu ia menyebutnya dengan putri duyung dengan suara merdu lembut bagai angin laut mendesahlah bagiku.
Bait berikutnya menyatakan bahwa cinta penyair betul-betul tulus sehingga ia berniat menjadikan dik narti sebagai istri dan berharap mendapatkan anak darinya.
Penyair menyatakan hal itu dalam larik kuingin dikau/menjadi ibu anak-anakku!
Cinta antara pria dan wanita dapat juga menunjukkan kedukaan karena perpisahan.
Hal itu dikemukakan oleh chairil anwar dalam puisinya "senja di pelabuhan kecil dan dapat yang sebagian baik yang berbunyi sebagai berikut:
Senja Di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Isi puisi ini adalah kesedihan mendalam yang dialami penyair karena harus berpisah dengan kekasihnya, Sri Ayati.
Ada tiga bait puisi yang makin kebawah makin tinggi tingkat kesedihannya sampai mengungkapkan sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan/dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Gaun kesedihan oleh kegagalan cinta itu menggema sampai jauh ke pantai ke-empat (tangisnya terdengar).
Tema kerakyatan/demokrasi mengungkapkan bahwa rakyat memiliki kekuasaan karena sebenarnya rakyatlah yang menentukan pemerintahan suatu negara.
Puisi Hartoyo andangjaya berikut ini mengungkapkan betapa pentingnya rakyat dalam pemerintahan suatu negara:
Contoh puisi dengan tema kerakyatan:
Rakyat
Rakyat ialah kita
jutaaan tangan yang mengayun dalam kerja
di bumi di tanah tercinta
jutaan tangan mengayun bersama
membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota
menaikkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
Rakyat ialah tangan yang bekerja
Rakyat ialah kita
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka
Rakyat ialah kita
beragam suara di langit tanah tercinta
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita
suara bonang mengambang di pendapa
suara kecak di muka pura
suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat ialah suara beraneka
Rakyat ialah kita
puisi kaya makna di wajah semesta
di darat
hari yang beringat
gunung batu berwarna coklat
di laut
angin yang menyapu kabut
awan menyimpan topan
Rakyat ialah puisi di wajah semesta
Rakyat ialah kita
darah di tubuh bangsa
debar sepanjang masa
(Buku Puisi, 1973)
Dalam puisi ini dinyatakan bahwa rakyat sangat berkuasa bahkan disebut darah ditubuh bangsa/debar sepanjang masa.
Tema puisi lainnya adalah tema keadilan sosial.
Tema keadilan sosial ditampilkan oleh puisi-puisi yang menuntut keadilan bagi kaum yang tertindas.
Puisi jenis ini juga disebut puisi protes sosial karena mengungkapkan protes terhadap ketidakadilan di dalam masyarakat yang dilakukan oleh kaum kaya hadapan penguasa tanda bahkan negara terhadap rakyat jelata.
Puisi-puisi seperti Wiji Thukul, Rendra dan F Rahardi memiliki nuansa tema keadilan sosial.
Contoh puisi bertema keadilan sosial.
Puisi Rendra berikut ini menunjukkan protes terhadap ketidakadilan yang terjadi antara burung kondor dalam rakyat jelata yang miskin dengan mastodon atau pejabat kaya yang korup.
Dalam puisi di atas dikemukakan bahwa rakyat jelata yang miskin Yani burung-burung kondor tidak mendapatkan rezeki karena telah dikuasai oleh para mastodon.
Responden adalah sejenis gajah purba yang sangat besar yang melambangkan penguasa atau pejabat serakah yang ingin berkuasa terus.
Puisi puisi angkatan balai pustaka hingga angkatan 1945 kebanyakan ditulis oleh para guru.
Karena itu, tema pendidikan dan budi pekerti begitu kuat ditampilkan oleh generasi ini.
Dalam puisi nama, gurindam termasuk bentuk puisi yang mengemukakan nasehat.
Contoh puisi dengan tema pendidikan:
Penyair menasehatkan bahwa kaum muda harus mempersiapkan diri menyongsong masa depan.
Hal tersebut terkandung dalam bait terakhir atur barisan di hari pagi/menuju ke arah padang bakti!
Puisi karya Asrul Sani yang berjudul "surat dari ibu tanda putih juga bertemakan pendidikan.
Yaitu puisi yang berisikan nasehat seorang ibu kepada anaknya agar mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin di masa muda.
Ref:
https://penyair.wordpress.com/2009/08/07/sajak-burung-burung-kondor-ws-rendra/
Kita juga telah membaca berbagai contoh puisi tentang ibu, Sahabat, Alam, dan lain sebagainya.
Walaupun banyak macam puisi sebenarnya puisi terdiri atau dikelompokkan dengan beberapa tema.
Apa yang dimaksud dengan tema puisi?
Tema puisi adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya.
Tema mengacu pada penyair.
Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi tersebut.
Karena itu, tema bersifat khusus, objektif, dan lugas.
Macam-Macam Tema Puisi
Tema yang banyak terdapat dalam puisi adalah tema:
- ketuhanan,
- tema kemanusiaan
- cinta,
- Patriotisme,
- perjuangan,
- kegagalan hidup,
- alam,
- keadilan,
- kritik sosial,
- demokrasi, dan
- tema kesetiakawanan.
Selanjutnya kita akan membahas tema tema tersebut.
1. Tema Ketuhanan (Religius)
Tema ketuhanan seringkali disebut tema religius filosofis, yaitu tema puisi yang mampu membawa manusia untuk lebih bertakwa, lebih merenungkan kekuasaan Tuhan dan menghargai alam dan seisinya.
Drama-drama Yunani diklasifikasikan bertema religius karena menampilkan ketidakberdayaan manusia di hadapan Tuhan Yang Maha penguasa, Maha Bijaksana, dan Maha Pengasih.
Puisi Chairil Anwar yang menunjukkan ketidak berdayaan yang menghadapi maut dalam "Yang Terampas dan Yang Putus" juga dapat digolongkan sebagai puisi bertema religius.
Contoh puisi puisi yang bertemakan ketuhanan atau religius:
- Anakku, karya JE Tatengkeng
- Padamu Jua, karya Amir Hamzah,
- Candi Mendut, karya Sanusi Pane,
- Doa, karya Chairil Anwar
- Tuhanku, karya Kirdjo Mulyo
- Doa, karya Budiman S. Hartoyo
- Perahu Kertas, karya Sapardi Djoko Damono
Bandingkan puisi” Doa” Chairil Anwar dan “Doa” karangan Budiman S. Hartoyo berikut ini.
Doa
Kepada Pemeluk Teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
CayaMuu panas suci
Tinggal kedip lilin di kelam sunyi
…
(Deru Campur Debu, 1949)
Kepada Pemeluk Teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
CayaMuu panas suci
Tinggal kedip lilin di kelam sunyi
…
(Deru Campur Debu, 1949)
Sedangkan berikut ini puisi yang berjudul “Doa” karya Budiman S. Hartoyo.
Doa
Aku mengenalMu
Aku melihatMu
Tuhanku
(Ah, apakah Kau tersenyum
Melihat tingkah lakuku yang lucu
Bersimpuh begini?)
Jangan memandang ku begitu, Tuhanku
Betapapun!
Jangan palingkan wajah-Mu
Betapapun!
Ya, Betapapun telah Kau saksikan
Pola tingkah laku selama ini
Seperti mainan gasing di tengah galau kehidupan yagn Kau putar-putar.
(Apa yang Kau maksud
Dengan kediam-diaman begitu?
Apakah jelas kau lihat
Dosa-dosaku?
Ah, Engkau diam saja!)
…..
(Sebelum tidur, 1977)
Aku mengenalMu
Aku melihatMu
Tuhanku
(Ah, apakah Kau tersenyum
Melihat tingkah lakuku yang lucu
Bersimpuh begini?)
Jangan memandang ku begitu, Tuhanku
Betapapun!
Jangan palingkan wajah-Mu
Betapapun!
Ya, Betapapun telah Kau saksikan
Pola tingkah laku selama ini
Seperti mainan gasing di tengah galau kehidupan yagn Kau putar-putar.
(Apa yang Kau maksud
Dengan kediam-diaman begitu?
Apakah jelas kau lihat
Dosa-dosaku?
Ah, Engkau diam saja!)
…..
(Sebelum tidur, 1977)
Dalam puisi tersebut, penyair benar-benar khusyuk berserah diri dan ingin senantiasa hidup di dalam cahaya kasihmu Tuhan.
Kedua penyair merasa tidak berdaya tanpa Tuhan.
Mereka berdua juga menyadari bahwa diri mereka adalah orang-orang berdosa yang remuk, terasing, mengembara di negeri asing, hilang bentuk, dan karena itu tidak pantas disapa oleh Tuhan.
Akan tetapi, mereka menyadari bahwa tidak ada jalan lain kecuali jalan Tuhan yang harus diikuti.
Mereka merasa tidak bisa berpaling kearah lain, kecuali ke Jalan Tuhan.
2. Tema Kemanusiaan
Melalui peristiwa atau tragedi yang digambarkan penyair dalam puisi, ia berusaha meyakinkan pembaca tentang ketinggian martabat manusia.
Karena itu, manusia harus dihargai, dihormati, diperhatikan hak-haknya, dan diperlakukan secara adil dan manusiawi.
Perbuatan yang mengorbankan martabat manusia, apapun alasannya harus ditentang atau tidak disetujui.
Puisi berjudul “Gadis Peminta-minta” karya Toto Sudarto Bachtiar berikut ini bertema kemanusiaan.
Dalam puisi ini yang bercerita tentang hidup seorang pengemis yang digambarkan bermartabat lebih tinggi dari menara katedral.
Berikut contoh puisi dengan tema kemanusiaan.
Gadis Peminta-Minta
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang kebawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi begitu yang kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bias membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan diatas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak punya lagi tanda
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil
Pulang kebawah jembatan yang melulur sosok
Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan
Gembira dari kemayaan riang
Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral
Melintas-lintas di atas air kotor, tapi begitu yang kau hafal
Jiwa begitu murni, terlalu murni
Untuk bias membagi dukaku
Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil
Bulan diatas itu, tak ada yang punya
Dan kotaku, ah kotaku
Hidupnya tak punya lagi tanda
Penyair menyadarkan kita bahwa gadis kecil berkaleng kecil itu harus kita hargai, kita perhatikan, kita tolong karena ia juga manusia.
Dan gadis tersebut mempunyai martabat yang sama seperti kita.
Martabat gadis itu lebih tinggi dari menara katedral artinya martabat di situ bisa jadi lebih tinggi dari orang-orang kaya atau orang beriman.
Rendra banyak menulis puisi dengan tema kemanusiaan.
Puisi-puisinya menyadarkan pembaca untuk selalu menghargai martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan.
Kita hayati antara lain dalam puisi Rendra yang berjudul "Orang-orang Miskin.”
Orang-Orang Miskin
Orang-orang miskin di jalan
Yang tinggal di dalam selokan
Yang kalah di dalam pergulatan
Yang diledek oleh impian
Janganlah mereka ditinggalkan.
….
Orang-orang miskin
Orang-orang berdosa
Bayi gelap dalam batin
Rumput dan lumut Jalan Raya
Tak bisa kamu abaikan.
….
Tangan-tangan kotor dari jalanan
Meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu hindarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik jadi nol. Mereka akan menjadi pertanyaan yang mencegah ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
Akan meringis dimuka agama.
….
Orang-orang miskin berhasil sepanjang sejarah, bagai udara panas yang selalu ada, bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau tertuju ke dada kisah tanah paman atau ke dada mereka sendiri.
Oh Kenanglah:
Orang-orang miskin
Juga berasal dari kemah Ibrahim.
(Potret Pembangunan dalam Puisi, 1980).
Orang-orang miskin di jalan
Yang tinggal di dalam selokan
Yang kalah di dalam pergulatan
Yang diledek oleh impian
Janganlah mereka ditinggalkan.
….
Orang-orang miskin
Orang-orang berdosa
Bayi gelap dalam batin
Rumput dan lumut Jalan Raya
Tak bisa kamu abaikan.
….
Tangan-tangan kotor dari jalanan
Meraba-raba kaca jendelamu.
Mereka tak bisa kamu hindarkan.
Jumlah mereka tak bisa kamu mistik jadi nol. Mereka akan menjadi pertanyaan yang mencegah ideologimu.
Gigi mereka yang kuning
Akan meringis dimuka agama.
….
Orang-orang miskin berhasil sepanjang sejarah, bagai udara panas yang selalu ada, bagai gerimis yang selalu membayang.
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau tertuju ke dada kisah tanah paman atau ke dada mereka sendiri.
Oh Kenanglah:
Orang-orang miskin
Juga berasal dari kemah Ibrahim.
(Potret Pembangunan dalam Puisi, 1980).
3. Tema Patriotisme
Dengan puisi yang bertema Patriotisme, penyair mengajak pembaca untuk meneladani orang-orang yang telah berkorban demi bangsa dan tanah air.
Mereka rela mati demi kemerdekaan.
Di bawah ini contoh-contoh puisi dengan tema patriotisme:
- Diponegoro, karya Chairil Anwar
- Karawang-Bekasi, karya Chairil Anwar
- Pahlawan Tak Dikenal, karya Toto Sudarto Bachtiar
- Kita Adalah Pemilih Sah Republik Ini, karya Taufik Ismail
- Negeriku
Berikut ini diikuti puisi patriotik berjudul Diponegoro karya Chairil Anwar.
.
Diponegoro
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan Bara kagum menjadi api
Di depan sekali Tuan menanti
Tak Gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselubung semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
…
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Kerikil Tajam, 1978)
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan Bara kagum menjadi api
Di depan sekali Tuan menanti
Tak Gentar. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselubung semangat yang tak bisa mati
Maju
Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
…
Maju
Serbu
Serang
Terjang
(Kerikil Tajam, 1978)
Kita semua tahu bahwa Pangeran Diponegoro adalah patriotbangsa yang pantas diteladani oleh seluruh bangsa Indonesia.
Di masa pembangunan ini Semangat perjuangan Pangeran Diponegoro harus kita hidupkan di dalam jiwa kita semua ( Tuan hidup kembali /dan Bara kagum menjadi api ).
Baris Pedang di kanan keris di kiri menunjukkan perjuangan Pangeran Diponegoro yang tidak hanya didukung kekuatan militer yang terlatih (pedang), namun juga oleh kekuatan rakyat yang sesuai tradisi (keris).
Karena itu disebut berselubung semangat yang tak bisa mati.
Pasukan Diponegoro memancarkan kekuatan (bergenderang-berpalu) mengandalkan semangat kesetiakawanan dan saling mempercayai (kepercayaan tanda menyerbu).
Chairil Anwar menyadari bahwa jika hidup ini sudah diberi arti, maka kematian akan diterima dengan lapang dada (sekali berarti/sudah itu mati).
Ungkapan ini merupakan salah satu ungkapan Chairil Anwar yang kemudian menjadi sangat terkenal.
Bait terakhir puisi tersebut menunjukkan kebulatan tekad para Patriot untuk membela bangsa dan tanah air seperti berikut ini:
Maju
serbu
Serang
terjang
Penyair melihat bahwa Patriot Bangsa tidak memiliki pilihan lain dalam menghadapi penjajah Belanda, kecuali maju untuk menyerbu, menyerang dan menerjang musuh.
Karena Chairil Anwar aktif berkarya pada masa revolusi fisik untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah, maka banyak karyanya bertema patriotik.
Yang cukup terkenal antara lain "Karawang-Bekasi”
Puisi tersebut melukiskan perjuangan pahlawan-pahlawan dalam pertempuran antara karawang-bekasi.
Dalam puisi itu mereka meminta kita menghargai, mengenang, dan meneruskan perjuangan mereka.
4. Tema Cinta Tanah Air
Jika tema patriotisme mengungkapkan perjuangan membela bangsa dan tanah air, maka tema cinta tanah air berupa pemujaan kepada tanah kelahiran atau Negeri Tercinta.
Puisi-puisi Muhammad Yamin pada tahun 1920-an merupakan puisi yang mengungkapkan kecintaan penyair kepada tanah air.
Contoh puisi berteman cinta tanah air.
Tanah Sunda
Kemana pun berjalan, terpandang
Daerah ramah di sana.
Kemanapun ngembara, kujumpa
Manusia berhati terbuka
Mesra menerima
…
Riak sungai pagi-pagi
Angin keras menyibak rambut di dahi
Dan kulihat tanah pernuh darah
Tubuh beku berbaring kuyu
Menggapaikan tangan sia-sia
Berseru pun sia-sia
Ah, di manapun kau bukakan rangkuman
Ku kan menetapa di sana
Kapan pun kau lambaikan tangan
Ku kan datang
Menekankan jantung ke tanah hitam.
Kemana pun berjalan, terpandang
Daerah ramah di sana.
Kemanapun ngembara, kujumpa
Manusia berhati terbuka
Mesra menerima
…
Riak sungai pagi-pagi
Angin keras menyibak rambut di dahi
Dan kulihat tanah pernuh darah
Tubuh beku berbaring kuyu
Menggapaikan tangan sia-sia
Berseru pun sia-sia
Ah, di manapun kau bukakan rangkuman
Ku kan menetapa di sana
Kapan pun kau lambaikan tangan
Ku kan datang
Menekankan jantung ke tanah hitam.
Puisi di atas menunjukkan cinta penyair kepada tanah kelahirannya, Sunda.
Di tanah itu Dek daerahnya ramah, orang-orang yang selalu mesra menerima penyair.
Daerah yang selalu dirindukan, selalu menggetarkan hati, penuh sawah yang membentangkan harapan.
Namun derita tidak lepas dari tanahnya itu tanah penuh darah dan tubuh terbaring kuyu.
Korban korban kekejaman pemberontak tidak mendapatkan pertolongan yang memadai ( tangan sia-sia/bersenyum sia-sia).
Bagaimanapun menderitanya masyarakat di sana, penyair tetap mencintai tanah kelahirannya sampai kapanpun ( kapan pun kau lambaikan tangan/bukan datang/dan menekankan jantung ke tanah hitam).
5. Tema Cinta Kasih antara Pria dan Wanita
Puisi ini juga disebut dengan puisi cinta. Yaitu puisi-puisi yang memiliki tema cinta kasih antara pria dan wanita.
Mungkin di dalamnya berisikan tentang rindu, cinta, cemburu, ataupun kekecewaan.
Beberapa nyanyian pop liriknya menyerupai puisi. Kebanyakan nyanyian pop bertemakan cinta antara pria dan wanita.
Di dalam puisi lama atau pantun kita juga mengenal tema cinta yang berbentuk pantun perkenalan, pantun berkasih-kasihan, pantun perpisahan, dan pantun beriba hati.
Dari jenis-jenis pantun itu dapat dinyatakan bahwa tema cinta kami juga meliputi putus cinta atau sedih karena cinta.
Puisi puisi rendra banyak yang bertema cinta, terutama bagian pertama kumpulan puisi/empat kumpulan sajak/yang berjudul "romansa" dan "surat kepada bunda tentang calon menantunya".
Berikut ini beberapa contoh puisi yang bertemakan cinta kasih antara pria dengan wanita.
Surat Cinta
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur yang gaib,
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah,
Wahai, dik Narti,
aku cinta kepadamu !
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya,
Wahai, dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku !
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak kan kunjung diundurkan
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta
Wahai, dik Narti
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan
Aku melamarmu,
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
dari yang lain...
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit
Lalu tumpahlah gerimis
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuta
batgai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku
Engkau adalah putri duyung
tawananku
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku !
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku
Wahai, putri duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya
Wahai, Dik Narti
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku !
(Empat Kumpulan Sajak, 1961)
Rendra memiliki kelebihan dalam menciptakan simbol simbol atau lambang pada puisi cinta nyanyi.
Seperti telah dijelaskan di depan kenapa ngabarin pertama menyebutkan hujan gerimis yang artinya kesedihan yang diderita karena cinta kedua remaja tidak direstui orang tua si gadis.
Ungkapan tambur mainan anak peri dunia yang gaib mengembangkan kekuatan cinta dua sejoli itu yang sangat mendalam.
Bait kedua menunjukkan meskipun "langit menangis" artinya kesedihan karena cintanya tidak direstui semakin besar, namun dua sejoli itu semakin mendalam cintanya seperti percintaan dua ekor belibis/bercintaan dalam kolam/mengibaskan ekor/serta menggetarkan bulu-bulunya.
Kadang cintanya yang semakin mendalam, maka penyair menyatakan melamar “dik narti”-nya.
Bait ketiga dengan lebih jelas menunjukkan kekuatan dan keajaiban cinta antara sang penyair dan dik narti yang diungkapkan sebagai:
Kaki-kaki hujan yang runcing
Menyentuhkan ujungnya di bumi,
Kaki-kaki cinta yang tegas
Bagai logam berat gemerlapan
Menempuh ke muka
Dan tak kan kunjung diundurkan
Bait berikutnya menunjukkan kekaguman penyair kepada kekasihnya, seorang penyanyi seriosa terkenal di yogyakarta.
Oleh karena itu ia menyebutnya dengan putri duyung dengan suara merdu lembut bagai angin laut mendesahlah bagiku.
Bait berikutnya menyatakan bahwa cinta penyair betul-betul tulus sehingga ia berniat menjadikan dik narti sebagai istri dan berharap mendapatkan anak darinya.
Penyair menyatakan hal itu dalam larik kuingin dikau/menjadi ibu anak-anakku!
Cinta antara pria dan wanita dapat juga menunjukkan kedukaan karena perpisahan.
Hal itu dikemukakan oleh chairil anwar dalam puisinya "senja di pelabuhan kecil dan dapat yang sebagian baik yang berbunyi sebagai berikut:
Senja Di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Isi puisi ini adalah kesedihan mendalam yang dialami penyair karena harus berpisah dengan kekasihnya, Sri Ayati.
Ada tiga bait puisi yang makin kebawah makin tinggi tingkat kesedihannya sampai mengungkapkan sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan/dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Gaun kesedihan oleh kegagalan cinta itu menggema sampai jauh ke pantai ke-empat (tangisnya terdengar).
6. Tema Kerakyatan Dan Demokrasi
Tema kerakyatan/demokrasi mengungkapkan bahwa rakyat memiliki kekuasaan karena sebenarnya rakyatlah yang menentukan pemerintahan suatu negara.
Puisi Hartoyo andangjaya berikut ini mengungkapkan betapa pentingnya rakyat dalam pemerintahan suatu negara:
Contoh puisi dengan tema kerakyatan:
Rakyat
Rakyat ialah kita
jutaaan tangan yang mengayun dalam kerja
di bumi di tanah tercinta
jutaan tangan mengayun bersama
membuka hutan-hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga
mengepulkan asap dari cerobong pabrik-pabrik di kota
menaikkan layar menebar jala
meraba kelam di tambang logam dan batubara
Rakyat ialah tangan yang bekerja
Rakyat ialah kita
otak yang menapak sepanjang jemaring angka-angka
yang selalu berkata dua adalah dua
yang bergerak di simpang siur garis niaga
Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka
Rakyat ialah kita
beragam suara di langit tanah tercinta
suara bangsi di rumah berjenjang bertangga
suara kecapi di pegunungan jelita
suara bonang mengambang di pendapa
suara kecak di muka pura
suara tifa di hutan kebun pala
Rakyat ialah suara beraneka
Rakyat ialah kita
puisi kaya makna di wajah semesta
di darat
hari yang beringat
gunung batu berwarna coklat
di laut
angin yang menyapu kabut
awan menyimpan topan
Rakyat ialah puisi di wajah semesta
Rakyat ialah kita
darah di tubuh bangsa
debar sepanjang masa
(Buku Puisi, 1973)
Dalam puisi ini dinyatakan bahwa rakyat sangat berkuasa bahkan disebut darah ditubuh bangsa/debar sepanjang masa.
7. Tema Keadilan Sosial (Protes Sosial)
Tema puisi lainnya adalah tema keadilan sosial.
Tema keadilan sosial ditampilkan oleh puisi-puisi yang menuntut keadilan bagi kaum yang tertindas.
Puisi jenis ini juga disebut puisi protes sosial karena mengungkapkan protes terhadap ketidakadilan di dalam masyarakat yang dilakukan oleh kaum kaya hadapan penguasa tanda bahkan negara terhadap rakyat jelata.
Puisi-puisi seperti Wiji Thukul, Rendra dan F Rahardi memiliki nuansa tema keadilan sosial.
Contoh puisi bertema keadilan sosial.
Puisi Rendra berikut ini menunjukkan protes terhadap ketidakadilan yang terjadi antara burung kondor dalam rakyat jelata yang miskin dengan mastodon atau pejabat kaya yang korup.
Sajak Burung-Burung Kondor – WS Rendra
Angin gunung turun merembes ke hutan,
lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas,
dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau.
Kemudian hatinya pilu
melihat jejak-jejak sedih para petani – buruh
yang terpacak di atas tanah gembur
namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya.
Para tani – buruh bekerja,
berumah di gubug-gubug tanpa jendela,
menanam bibit di tanah yang subur,
memanen hasil yang berlimpah dan makmur
namun hidup mereka sendiri sengsara.
Mereka memanen untuk tuan tanah
yang mempunyai istana indah.
Keringat mereka menjadi emas
yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa.
Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan,
para ahli ekonomi membetulkan letak dasi,
dan menjawab dengan mengirim kondom.
Penderitaan mengalir
dari parit-parit wajah rakyatku.
Dari pagi sampai sore,
rakyat negeriku bergerak dengan lunglai,
menggapai-gapai,
menoleh ke kiri, menoleh ke kanan,
di dalam usaha tak menentu.
Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah,
dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai,
dan sukmanya berubah menjadi burung kondor.
Beribu-ribu burung kondor,
berjuta-juta burung kondor,
bergerak menuju ke gunung tinggi,
dan disana mendapat hiburan dari sepi.
Karena hanya sepi
mampu menghisap dendam dan sakit hati.
Burung-burung kondor menjerit.
Di dalam marah menjerit,
bergema di tempat-tempat yang sepi.
Burung-burung kondor menjerit
di batu-batu gunung menjerit
bergema di tempat-tempat yang sepi
Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-batu,
mematuki batu-batu, mematuki udara,
dan di kota orang-orang bersiap menembaknya.
Angin gunung turun merembes ke hutan,
lalu bertiup di atas permukaan kali yang luas,
dan akhirnya berumah di daun-daun tembakau.
Kemudian hatinya pilu
melihat jejak-jejak sedih para petani – buruh
yang terpacak di atas tanah gembur
namun tidak memberi kemakmuran bagi penduduknya.
Para tani – buruh bekerja,
berumah di gubug-gubug tanpa jendela,
menanam bibit di tanah yang subur,
memanen hasil yang berlimpah dan makmur
namun hidup mereka sendiri sengsara.
Mereka memanen untuk tuan tanah
yang mempunyai istana indah.
Keringat mereka menjadi emas
yang diambil oleh cukong-cukong pabrik cerutu di Eropa.
Dan bila mereka menuntut perataan pendapatan,
para ahli ekonomi membetulkan letak dasi,
dan menjawab dengan mengirim kondom.
Penderitaan mengalir
dari parit-parit wajah rakyatku.
Dari pagi sampai sore,
rakyat negeriku bergerak dengan lunglai,
menggapai-gapai,
menoleh ke kiri, menoleh ke kanan,
di dalam usaha tak menentu.
Di hari senja mereka menjadi onggokan sampah,
dan di malam hari mereka terpelanting ke lantai,
dan sukmanya berubah menjadi burung kondor.
Beribu-ribu burung kondor,
berjuta-juta burung kondor,
bergerak menuju ke gunung tinggi,
dan disana mendapat hiburan dari sepi.
Karena hanya sepi
mampu menghisap dendam dan sakit hati.
Burung-burung kondor menjerit.
Di dalam marah menjerit,
bergema di tempat-tempat yang sepi.
Burung-burung kondor menjerit
di batu-batu gunung menjerit
bergema di tempat-tempat yang sepi
Berjuta-juta burung kondor mencakar batu-batu,
mematuki batu-batu, mematuki udara,
dan di kota orang-orang bersiap menembaknya.
Dalam puisi di atas dikemukakan bahwa rakyat jelata yang miskin Yani burung-burung kondor tidak mendapatkan rezeki karena telah dikuasai oleh para mastodon.
Responden adalah sejenis gajah purba yang sangat besar yang melambangkan penguasa atau pejabat serakah yang ingin berkuasa terus.
8. Tema Pendidikan Budi Pekerti
Puisi puisi angkatan balai pustaka hingga angkatan 1945 kebanyakan ditulis oleh para guru.
Karena itu, tema pendidikan dan budi pekerti begitu kuat ditampilkan oleh generasi ini.
Dalam puisi nama, gurindam termasuk bentuk puisi yang mengemukakan nasehat.
Contoh puisi dengan tema pendidikan:
Menyesal
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju arah padang bakti
Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Kini petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai di pagi hari
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta
Ah apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di pagi hari
Menuju arah padang bakti
Penyair menasehatkan bahwa kaum muda harus mempersiapkan diri menyongsong masa depan.
Hal tersebut terkandung dalam bait terakhir atur barisan di hari pagi/menuju ke arah padang bakti!
Puisi karya Asrul Sani yang berjudul "surat dari ibu tanda putih juga bertemakan pendidikan.
Yaitu puisi yang berisikan nasehat seorang ibu kepada anaknya agar mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin di masa muda.
Ref:
https://penyair.wordpress.com/2009/08/07/sajak-burung-burung-kondor-ws-rendra/