Unsur Intrinsik Puisi dan Contohnya | Pengertian dan Penjelasan

Unsur instrinsik puisi - Karya sastra termasuk puisi memiliki unsur ekstrinsik dan intrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra itu sendiri.

Setiap naskah sastra memiliki unsur ini.

Berikut ini adalah unsur-unsur intrinsik yang ada dalam puisi:
  1. Tema
  2. Nada
  3. Perasaan
  4. Amanat
  5. Diksi
  6. Majas
  7. Lambang
  8. Rima
  9. Kata konkret
  10. Imaji (Citraan)
  11. Ritme
  12. Tipografi
  13. Aku lirik


Sekarang marilah kita bahasa satu persatu dari semua unsur instrinsik tersebut.

unsur instrinsik

1. Tema

Tema puisi adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya.

Di dalam puisi banyak sekali tema-tema.

Dengan tema tersebut, penyair bisa mengetengahkan gagasan pokok melalui puisinya.

Tema yang paling sering dipakai oleh para penyair adalah sebagai berikut:

  1. Tema Ketuhanan
  2. Tema kemanusiaan
  3. Tema Patriotisme
  4. Tema Kesetiakawanan
  5. Tema Demokrasi
  6. Tema Kritik Sosial
  7. Tema Keadilan
  8. Tema Alam
  9. Tema Kegagalan Hidup
  10. Tema Perjuangan
  11. Tema Patriotisme
  12. Tema Cinta


Contoh puisi dengan tema Ketuhanan:


Jaring-Jaring


Piek Ardijanto

Kali ini
Nelayan menebar jaring di laut
Menangkap ikan

Kali lain
Tuhan menebar jaring maut
Menangkap insan

(Biarkan Angin Itu, 1996)

Puisi “Jaring-Jaring” menunjukan keterbatasan kuasa manusia.

Pada saatnya Tuhan akan menebar jaring maut menangkap insan.

Manusia tidak dapat menentukan nasibnya.

Penyair menyatakan bahwa Tuhan seperti halnya nelayan perkasa yagn menangkap ikan.

Tuhan begitu perkasa menangkap manusia dengan jaring-jaringNya yang mencerminkan bahwa nasib manusia terletak di tanganNya.

Semua manusia pada akhirnya akan tertangkap oleh jaringNya (berarti pulang ke haribaanNya).

2. Nada


Nada dan suasana puisi (tone), yaitu nada ungkapan sikap penyair terhadap pembaca, misalnya sinis, serius, belas kasih, dan lain-lain.

Setiap puisi mengungkapkan nada dan suasana kejiwaan.

Nggak ada mengungkapkan Sikap penyair terhadap pembaca.

Dari sikap itu terciptanya suasana puisi.

Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius, patriotik, belas kasih, takut, mencekam,santai, Masa bodoh, pesimis, humor, mencemooh, karismatik, filosofis, dan sebagainya.

Nada kagum misalnya terdapat dalam puisi” Perempuan-Perempuan Perkasa” karya Hartoyo Andangjaya.

Puisi “Diponegoro” karya Chairil Anwar juga mengungkapkan rasa kagum.

Nada main-main, misalnya pada puisi “Biarin” karya Yudhistira ANM Massardi.

Nada patriotik, misalnya pada puisi “Karawang-Bekasi” karya Chairil Anwar.

Contoh puisi dengan nada patriotik:

Pahlawan Tak Dikenal

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bunda di dadanya
Senyum bekumnya mau berkata, kita sedang perang.
…..

Wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu
Dia masih sangat muda

Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalinya

(Suara, 1950)

3. Perasaan


Perasaan, yaitu sesuatu yang menjiwai puisi itu berupa perasaan seperti gembira, sedih, terharu, tercekam, takut, kesedihan dan lain-lain.

Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan perasaan penyair akan dapat kita tangkap kalau puisi itu dibaca keras dalam poetry reading atau deklamasi.

Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu kita menemukan perasaan penyair dan melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut.

Perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira, sedih, terharu, terasing, tersinggung, patah hati, tercekam, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal.

Contoh puisi dengan perasaan sedih:

1. “Senja di Pelabuhan Kecil” - karya Chairil Anwar
2. “Anakku,” JE. Tatengkeng
3. “Selamat Jalan Anakku,” karya Agnes Sri Hartini
4. “Orang-orang Rangkasbitung,” karya Rendra

Contoh puisi dengan perasaan terharu:

  • Gadis Peminta-minta, karya Toto Sudarto Bachtiar
  • Karangan Bunga, karya Taufiq Ismail
  • Dari Seorang Guru kepada Muridnya, karya Hartoyo Andangjaya
  • Seorang Tukang Rambutan pada Istrinya, karya Taufiq Ismail


Dan tentunya banyak sekali contoh lainnya.

4. Amanat

Amanat, yaitu pesan atau nasehat yang bisa ditangkap oleh pembaca setelah membaca puisi.

Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca.

Sikap dan pengalaman pembaca sangat berpengaruh kepada amana puisi.

Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal.

Meskipun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.

Puisi “Doa” karya Chairil Anwar mengandung macam-macam amanat, misanya:

  • Setelah kita merasa menjalani hidup dengan salah, hendaknya kita kembali ke jalan Tuhan.
  • Tuhan selalu menerima manusia yang bertobat.
  • Tobat adalah jalan menuju kebaikan
  • Jangan menutup diri terhadap pengampunan Tuhan sebab hanya dengan ampunan-Nya, hidup kita bisa menjadi lebih baik.



Puisi Hartoyo Andangjaya yang berjudul “Dari Seorang Guru kepada Murid-muridnya” menampilkan kemiskinan seorang guru.

Keceriaan di kelas tidak tergambar di rumahnya yang miskin dengan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya, kursi-kursi tua, dan meja tulis sederhana yang tidak pernah diceritakan oleh guru itu di depan kelas.

Dari Seorang Guru kepada Murid-Muridnya

Adakah yang kupunya anak-anakku
Selain buku-buku dan sedikit ilmu
Sumber pengadianku kepadamu

Kalau hari Minggu engkau datang ke rumahku
Aku takut anak-anakku
Kursi-kursi tua yang di sana
Dan meja tulis sederhana

Dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya
Semua kepadamu akan bercerita
Tentang hidupku di rumah tangga.
….

(Buku Puisi, 1982)

Tema puisi itu adalah kritik sosial terhadap pemerintah yang tidak memperhatikan nasib guru.

Puisi "Dari Seorang Guru Kepada Murid-muridnya" amanat-amanat sebagai berikut:

  • Perbaikilah nasib guru
  • Hormatilah guru yang hidupnya menderita namun tetap berbakti dengan penuh semangat,
  • Muliakanlah guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa,
  • Jangan menilai harkat guru dari harta kekayaannya tetapi dari keseluruhan martabatnya.


Puisi Toto Sudarto Bachtiar berjudul “Pahlawan Tak Dikenal” memiliki tema kepahlawanan atau patriotisme.

Puisi tersebut mengungkapkan berbagai amanat yang antara lain dapat dinyatakan sebagai berikut:

  • Pahlawan sejati adalah pahlawan yang meninggalkan jasad tanpa menonjolkan diri,
  • Perang kemerdekaan 10 november di surabaya melahirkan pahlawan pahlawan tak dikenal dalam usia muda yang pantas kita teladani.
  • Para pahlawan muda itu rela mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan, karena itu kita harus mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik-baiknya.
  • Hargailah para pahlawan tak dikenal yang mati muda dengan meneruskan perjuangan mereka.

5. Diksi (Pilihan Kata)


Biasanya penyair memilih kata-kata yang khas. Bukan kata-kata yang digunakan dalam prosa atau bahasa sehari-hari.

Namun demikian tidak seluruh kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang sulit.

Ada beberapa kata yang memang sulit ditafsirkan secara langsung.

Misalnya dalam puisi karya Chairil Anwar, yaitu puisi “doa”.

Di dalamnya terdapat kata-kata yang sangat sulit ditaksirkan, misalnya:

  • Kelam sunyi
  • Kerdip lilin
  • Susah sungguh
  • Termangu


Pilihan kata tersebut berpengaruh terhadap estetika puisi.

Dengan memilih kata-kata yang khas tersebut akan terasa lebih indah.

6. Majas


Majas adalah kata kias agar puisi tersebut mudah dipahami dan memberikan estetika keindahan.

Hampir setiap puisi mengandung majas atau kata kias.

Banyak sekali bentuk majas yang dipakai seperti majas penegasan, sindiran, pertentangan.

Untuk lebih jelasnya ada contoh majas dalam puisi yang pernah tulis di sini.

Beberapa majas yang seringkali dipakai dalam puisi adalah majas metafora, personifikasi, sarkasme, ironi, dan lain sebagainya.

Sebagian kata-kata kias ini mudah dipahami ada juga sebagian yang sulit untuk dipahami.

Contoh kata kias dalam puisi:


Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya yang terbuang
….

Luka dan bisa kubawa berlari
Terus berlari
Hingga hilang pedih perih.

(Chairil Anwar)

Puisi Chairil Anwar di atas menggunakan majas metafora.

“Bintang jalang” menggambarkan jiwa si penyair yang suka memberontak.

Sehingga ia “terbuang dari kumpulannya.” Yakni tidak diterima oleh masyarakatnya karena sifatnya tersebut.

unsur instrinsik dalam puisi


Rindu mengetuk hatiku
Di antara kesunyian malam
Rindu telah berlabuh di jiwaku
Di antara kemarau panjang

Ketika malam jatuh
Hatiku terbakar api rindu
Pada dia yang disana
Yang kini sedang mencari nafkah.

(Selengkapnya dalam Contoh Majas Personifikasi Dalam Puisi)

Pada puisi di atas terdapat majas personifkasi pada bait pertama.

Yaitu rindu mengetuk.
Dan rindu berlabuh.

7. Lambang


Dalam puisi juga sering digunakan berbagai lambang untuk menggantikan suatu hal.

Sebenarnya lambang merupakan bagian dari majas.

Contoh puisi dengan penggunaan lambang:

Burung dara jantan yang nakal
Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang dan telah menemukan jodohnya
Yang telah meninggalkan kandang yang kau buatkan
Dan tiada akan pulang
Buat selama-lamanya

Penyair WS Rendra menggunakan kata “burung dara yang nakal” sebagai perlambang jejaka yang belum menikah.

Jejaka itu apabila sudah menikah maka akan meninggalkan rumah ibunya.

Ia pergi mengarungi hidupnya sendiri. Dan tidak lagi berdiam diri di rumah orang tuanya.

Lambang dalam puisi bisa diambil dari berbagai hal. Seperti:

  • Warna,
  • Hewan,
  • Benda-benda mati.


Sebagai contoh warna hitam melambangkan duka cita, kemuraman, kesulitan.

Warna biru melambangkan kepercayaan.

Begitu juga dengan hewan.

Buaya melambangkan lelaki yang suka merayu wanita. Merpati melambangkan harapan.

8. Rima


Rima, yaitu persamaan bunyi yang berulang yang menciptakan konsentrasi dan kekuatan bahasa.

Pemilihan kata yang tepat dari baris ke baris akan membuat puisi terdengar sangat indah.

Pada puisi lama, seperti pantun dan syair, seluruh baitnya terikat dengan rima.

Rima tersebut membentuk orkestrasi bunyi sehingga terdengar harmonis.

Contoh rima dalam puisi lama:

Tanam melati / di rama-rama
Ubur-ubur / sampingan dua
Sehidup semati/ kita bersama
Satu bubur/ kita berdua.

Pada pantun terdapat rima ab ab. Maksudnya, baris pertama sama rimanya dengan baris ke tiga.

Dan baris ke-dua sama rimanya dengan baris keempat.

9. Kata Konkret


Kata konkret yaitu kata-kata yang digunakan untuk memperjelas suatu makna kata.

Penyair menggunakan kata konkret untuk menggambarkan sesuatu agar lebih jelas.

Bagi penyair kata kata kongres tersebut menjadi lebih konkret tapi bisa jadi bisa ditafsirkan oleh pembaca.

Contoh kata konkret dalam puisi:

Dengan kuku-kuku besi, kuda menebah perut bumi
Bulan berhianat, Gosokkan tubuhnya pada pucuk pucuk para.

Mengepit kuat-kuat lutut penunggang perampok yang diburu.

Kata konkret dan artinya sebagai berikut:

Kuku besi = Kaki kuda yang bersepatu besi
Kulit bumi = Jalan yang tidak beraspal
Penunggang perampok yang diburu = perampok yang naik kuda.


10. Imaji (Citraan)


Imaji, atau pencitraan adalah kata atau susunan kata-kata yang memperjelas apa yang dinyatakan penyair dengan adanya rangsangan panca indera.

Imaji terdiri dari beberapa macam, yaitu:

  • Imaji visual
  • Imaji auditif
  • Imaji taktil


Imaji visual adalah penggambaran kata-kata yang membuat pembaca seolah-olah melihat secara langsung.

Contoh imaji visual:

Dan aku melewati
Jalan setapak yang berliku-liku
Dengan ditumbuhi pepohonan
Yang bergeletar daunnya
Oleh angin.

Puisi di atas menggunakan imaji visual.

Oleh karena itu kita seolah-olah melihat sebuah pemandangan.

Contoh imaji auditif:

Dan kesunyianpun mencekam
Tak ada suara yang terdengar
Kecuali deru angin.

Puisi di atas menggunakan imaji auditif atau pendengaran. Sehingga pembaca seolah-olah mendengar deru angin.

Contoh imaji taktil:

Tubuhnya begitu lunglai
Diantara dekapan angin gunung
Nafasnya tersengal-sengal
Menahankan dingin yang melekat

Pada puisi diatas terasa bagaimana suasana yang mencekam dan kedinginan.

Dengan imaji taktil, penyair bisa menghadirkan berbagai suasana.

Misalnya kesepian, kesedihan, ketakutan, dan lain sebagainya.

11. Ritme/Irama


Ritme atau irama, yaitu pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat.

Adanya ritme atau irama membuat kita membaca puisi lebih indah.

Terlebih apabila pembacaan puisi terdengar. Irama dan ritme sangat membantu.

Contoh ritme pada puisi:

Pagiku hilang/sudah melayang
Hari mudaku/telah pergi
Kini petang/datang membayang
Batang usiaku/sudah tinggi

Membaca puisi di atas kita mendapatkan ritme tertentu.

Terdapat irama yang stabil pada bait puisi di atas. Dengan begitu akan ada keindahan saat kita membacanya.

12. Tipografi


Tipografi atau tata wajah, yaitu ukiran bentuk puisi sehingga puisi tersebut membentuk seperti gambar.

Contoh puisi yang menggunakan topografi adalah sebagai berikut:

  • Sajak Transmigran II
  • Doktorandus Tikur I, oleh F. Rahardi
  • Tregedi Winka dan Sihka, oleh Sutardji Calzoum Bachri
  • Shang Hai, oleh Sutradji Calzoum Bachri



13. Akulirik


Akulirik, yaitu tokoh aku yang terdapat dalam puisi.'

Itulah beberapa unsur instrinsik yang biasa dipelajari di sekolah. Pahami juga unsur ekstrensiknya.

Next Post Previous Post